Jumat, 03 Februari 2012

SMS

Untuk kesekian kalinya hati ini merasa tersakiti. Dengan perasaan dan tubuh yang lelah hati ini benar-benar tersakiti. Sungguh sakit, menyebalkan, keterlaluan. Hati yang tersakiti karena SMS. Kalimat terakhir yang terbentuk tepat sebelum kata-kata yang aku susun ini menjadi kalimat yang lain kedengarannya sedikit seperti judul sebuah lagu seorang wanita cantik nan anggun, bukan??!! Tapi aku sakit bukan karena lagu melainkan karena SMS. Ya, apakah kau suka?! apakah kau gembira?! atau apakah kau loncat kegirangan saking sangat suka dan gembiranya?? aishh,, kau memang keterlaluan!!!

Seperti yang kau tahu, hidupku memang tak lama lagi. Mungkin hanya tersisa 40 tahun. Waktu yang singkat, bukan?! harusnya kau tahu karena aku tak akan lama tinggal di bumi, maka harusnya kau perlakukanku dengan baik dan membuatku bahagia untuk sementara waktu disisa hidupku. Maukah kau tahu hal apa yang paling aku suka?! baiklah, aku akan memberitahumu dalam bentuk tanda tanya, maka kemudian simaklah dengan baik dan berpikirlah.

BISAKAH KAU MENYEBUT NAMAKU KETIKA MENGIRIM PESAN UNTUKKU.
BISAKAH KAU MENGGUNAKAN TANDA TANYA KETIKA KAU BERTANYA KEPADAKU.
BISAKAH KAU MENGAKHIRI PERCAKAPAN DENGAN TANPA MEMBERI RASA BEBAN.

Lihatlah, betapa kasarnya tiga pertanyaanku diatas. Bertanya tanpa tanda yang jelas,  seperti anak kecil yang tidak pernah mengenal ejaan bentuk dasar. Betapa mereka yang tak mampu melihat ingin sekali melihat kecantikan dari huruf "A" hingga huruf dua puluh enam. Begitu pula dengan simbol-simbol yang mereka ingin mereka jumpai dalam kehidupannya. Tapi kenapa mereka yang sempurna tidak menggunakkannya dengan baik.

Bahkan yang sangat menyakitkan kenapa tanda tanya berubah menjadi titik yang membingungkan kemana arah intonasi suatu kata dalam kalimat menjadi rancu dan ambigu. Singkatnya ini mungkin akan lebih sopan jika tanda tanya itu menjadi titik-titik yang mewakili kelanjutan kalimat yang tersirat dibelakangnya, entah nantinya berlanjut atau berakhir dalam sebuah percakapan tanpa menyakiti satu sama lain. Herannya cara seperti itu banyak aku jumpai pada teman kuliahku. Akhir-akhir ini mereka lebih sering menghubungiku, melewati SMS dan menyakitkan.

Aku tahu Short Message Service adalah suatu pesan singkat. Tetapi bukan berarti singkat yang menyakitkatn. Teman, kita menghirup udara yang sama. Bisakah kau memperlakukan orang lain sedikit seperti kau melakukannya untuk dirimu sendiri. Aku juga bukan seorang dengan sikap yang sebagian besar dipilih oleh dosen untuk tidak membalas ketika  mahasiswanya bertanya lewat SMS. Merasakan sebagai mahasiswa yang setengah mati memikirkan keputusan antara SMS atau telepon. Dilengkapi dengan teliti kata-katanya dengan ejaan baku dan disempurkan. Meskipun begitu, enak saja dia tidak menjawab salam dan membalasnya dengan bahasa singkat dan gaul. Berbeda dengan dosen yang lain, dosen sekaligus ketua jurusan yang satu ini memang lain. Kau memberikan contoh yang baik. Semoga orang-orang disekitarku akan mulai menyadarinya. Meski hatiku tersakiti, aku mencoba bertahan sampai saat ini. Tapi sungguh ini sering kali aku temukan. Begitu menyebalkan dan menyakitkan.

Aku menulisnya disini karena hari ini aku merasakan itu, dan satu alasan lain yang mendorongku menulis ini karena hari ini aku merasa bersalah kepada ayahku. Aku tahu dia pasti tidak sengaja. Matanya yang tak seindah dulu, mungkin harus menggunakan bantuan kaca mata agar lebih jelas. Dia mengirimku SMS untuk menanyakan keadaanku sekaligus memberitahuku bahwa dia sedang menemani bunda belanja. Dengan perasaan yang sudah tersakiti antara pesan-pesan yang masuk, akhirnya aku memberitahunya dengan lembut beralasan pasti untuk tidak mengetiknya dalam huruf kapital. Alasanku yang sebenarnya adalah aku tidak ingin ayah pun menyakiti dan membebani orang lain tanpa dia ketahui, aku juga tak ingin orang tidak suka  padanya, karena  dia adalah inspirasiku. Percayalah ayah, aku menjaga diriku disini dengan baik dan aman dengan selimut tebal. Maka jagalah dirimu dan bunda di rumah dengan baik.

Seperti sahabat aku memperlakukan teman. Tapi tidakkah sedikit saja teman yang kurasa lebih dekat dibandingkan dengan teman-teman yang lain justru membuatku kesakitan. Haruskah kisah SMS ini menjadi mengingatkanku tentang seorang teman yang menyakitkan. Dengan kehadiranku saat dibutuhkan. Aku membantu dengan segenap apa yang aku bisa, terima kasih dan merasa merepotkan pun tak nampak diwajahnya. Terlihat kasar dan berkuasa. Sesungguhnya aku tidak masalah untuk membantu bahkan sejujurnya ini mendekati ikhlas jika kau menggunkan hatimu. Apalagi jika kau mampu menunjukkan hal yang sama di setiap waktu bukan hanya untuk saat-saat tertentu dibutuhkan. Seperti sampah yang tak terpakai kemudian di buang. Tidakkah kau menyadari aku berusaha memperlakukanmu sedikit seperti aku melakukan untukku sendiri. Kau seperti jantung yang akhirnya meminta hati. Tanda koma seharusnya kau gunakan saja sebagai senjata pamungkas. Dengan itu mungkin kau masih ada kesempatan untuk bersembunyi dengan cantik tanpa tampak olehku. kokta !!

2 comments:

  • Mey's says:
    4 Februari 2012 pukul 23.48

    wew...are u okay lil?ada apa?crita2 sini... :)

  • Unknown says:
    9 Februari 2012 pukul 00.10

    i'am oke lil ^^

Posting Komentar

Recent Posts

Text