Menjalani hidup dengan berbagai kehidupan menjadi jalannya setiap manusia. Menjalani hidup yang ideal adalah hakekat hidup setiap manusia. Sama seperti halnya manusia belajar menulis. Sejak berada di dalam kandungan hingga terlahir menjadi bayi mungil yang selalu membuat senyuman-senyum gemas disekililingnya. Dioper kesana-kemari yang membuatnya risih, bingung hingga kemudian menangis dan sejenak berhenti dipelukan hangat sang Bunda. Hingga sampai bayi itu mendengar kata-kata yang kemudian menjadi terbiasa. Dia merekam yang kemudian kemampuannya bertambah hingga ia mampu berbicara. Sampai dengan umur 5 tahun orang tuanya memberikan pendidikan memulai dari taman kanak-kanak atau play group dengan suasana bermain diajarkannya oleh guru sebagai tenaga pendidik yang membuatnya berada satu tingkat perkembangan kemampuannya yaitu membaca.
Satu huruf, dua huruf pada tahapan itu mampu dikenalnya alfabet A-Z. Jumlahnya memang banyak. Jari tangan dan kaki pun masih belum cukup untuk menghitungnya. Meskipun demikian anak-anak itu adalah anak-anak yang cerdas dan ceria.
Suasana belajarnya yang dengan terbiasa sedikit demi sedikit, perlahan, bertahap, bergilir membuatnya mengenal. Senyuman dan kehangatan kehadiran teman-teman kelasnya dalam suasana yang riang membuatnya menjadi anak unik dan pribadi yang unik antara yang satu dengan yang lain.
Sampai pada tingkatan umur 6-11 tahun mereka memasuki pendidikan di Sekolah Dasar. Dengan sedikit perbedaan karakteristik sifat dan pemikirannya pun akan dirancang program pembelajaran bagi kelas rendah dan tinggi, dimaksudkan mereka akan memahami sesuai dengan tahap perkembangannya.
Selama 6 tahun pendidikan Sekolah Dasar pun terlewatkan. Pendidikan sekolah di Sekolah Menengah Pertama mungkin pasti akan diraih. Mengingat batas minimum pendidikan di Indonesia wajib belajar 9 tahun.
Kemampuannya pasti bertambah. Diajarkannya sedikit tentang aturan-aturan penulisan yang terkadang masih terasa asing dan lucu untuk diucapkan. Sampai pada tingkatan Sekolah Menengah Atas aku yakin mereka semakin mahir. Pendidikan di Perguruan Tinggi akan membuatnya belajar tentang tulisan-tulisan yang bersifat kaku. Kemudian mereka akan menyadari bahwa mereka mampu menulis.
Begitu seperti hakekat ideal suatu kehidupan. Untuk menjadi sesuatu yang baik tidak selalu dari sesuatu yang tidak baik. Mungkin akan terasa dan terlihat mencolok. Dari kebiasaan, pola hidup, pemikiran, sampai dengan perasaan dengan dimilikinya hati pada setiap manusia. Kemampuannya mengfilter mana yang baik dan buruk. Membedakan sampai tingkat tertinggi mana yang harus "aku" lakukan dan mana yang harus "aku" tinggalkan.
Menjadikan sekeliling kita sebagai tempat belajar dengan memegang teguh hakikat hidup ideal, berprinsip yang kemuadian takkan membuatmu goyah meski goncangan itu menyakitkan.
Tak perlu menjadi sesuatu yang fanatik terhadap sesuatu. Menjadi diri sendiri akan menjadikan hidup ringan tanpa tekanan. Abaikan saja setiap perkataan sirik yang tidak sesuai dengan kemampuan hatimu menyaring. Anggap saja itu celoteh orang gila yang tak berakal.
Ketika "aku" yakin maka lakukan. Dengan tentram dan tenang, senyum itu pasti datang dengan alami. Menjadikanmu lebih bermanfaat untuk orang lain akan lebih membuatmu bagai seekor bunga dan kupu-kupu. Tetap menjadi cantik dan terbang bebas, dan tak merugikan sekeliling. Menjadi pelengkap keseimbangan alam, taman-taman kota ditengah sesaknya jalan dan polusi yang bertebaran.
0 comments:
Posting Komentar