
Aku menemukan kata cinta ketika aku membaca sebuah artikel islami dan kutemukan juga potongan kata-katanya seperti sepotong episode ke episode lain dalam kitab suci al-qur’an dengan bahasanya yang indah dan romantis. Benilah kata-katanya...
Ketika rasa senang hadir di sekeliling lingkar hati berubah menjadi bahagia dengan rasa bahagia yang berbeda dengan biasanya mungkin itu yang namanya cinta. Sang perasa cinta dengan perasaan yang terkadang tak menentu membuatnya dibuat mabuk kepayang dan seakan terbang nan jauh diatas sana, menerobos awan yang tenang, melambai gemulai indah dengan keharuman yang semerbak. Mungkin kalian pernah mengalaminya ? saya akan menjawab: “pasti” (karena kita adalah manusia). Tentu bisakan kamu membanyangkan dengan gambaran ini teman...?
Cinta memang sesuatu yang belum bisa saya mengerti, datang dengan tiba-tiba tanpa bersuara dan perginya pun secepat kilat tanpa kita ketahui kemudian lenyap tanpa bekas, bahkan seringkali terganti dengan lawan dari cinta itu sendiri yaitu benci.
Ibaratkan sebuah penemuan ilmuan dengan seiring perkembangan zaman, cinta pun memiliki “uji kelayakan” tidak langsung diterima dan dijalankan. Melalui sebuah proses yang tidak ringan akan mampu menghasilkan apa yang diinginkan. Tidak jarang untuk bisa merasakan cinta pada yang lain maka penyandaran dan berkedok dengan cinta pada Allah sering terlazimi. Tidak jarang dibalik kedok itu adalah karena lebih mencintai diri sendiri, mencintai ego yang ada.
Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, demi bulan ketika mengirinya, demi siang ketika menampakkannya, demi malam ketika menutupinya, demi langit dan Allah yang membangunnya (Asy-Syams ayat 1 – 10). Demi cinta kepada pembuat perasaan cinta maka saya melakukan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, berusaha mengikuti Sunnah Rasul-Nya, berusaha dekat dan mengikuti kekasih- kekasih-Nya mungkin masih perlu kita koreksi kembali. Menjadi koreksi diri kembali tentang identitas penyandang muslim atau muslimah.
Seorang pendeta dengan gelar lulusan sarjana dari agama Hindu yang kemudian dengan hidayah-Nya dia masuk islam pada tahun 1995. Ustad Abdul Aziz namanya. Dia berasal dari daerah Bali. Dalam dakwahnya ia mengatakan bahwa lebih mudah mengislamkan orang yang dulu menjadi pengikutnya dari pada harus mempertahankan bahkan menguatkan keislaman yang menjadi pilihan agama saat ini. Pilihan yang meghadapkan berbagai cobaan dan rintangan besar kala pilihan itu diketahui orang tuanya yang saat itu. Orang tua mana yang tidak kagum dengan gelar anak sebagai pemimpin yang selalu disegani rakyat dan kumnya. Demi membela islam dia hampir sempat kehilangan nyawanya. Berkat Allah-lah sampai saat ini dia masih diberikan kesempatan untuk berdakwah.
Salah satu ego inilah yang masih belum sepenuhnya kita hilangkan. Seolah sebagai penyamaran diri. Karena ego ini yang masih mengutamakan nikmatnya materi, nikmatnya pujian, nikmatnya penghargaan, nikmatnya kehormatan, nikmatnya harga diri, nikmatnya pahala, nikmatnya berkelompok apalagi yang merasa paling benar, bahkan terobsesi dengan nikmatnya surga yang dijanjikan. Disamping ego tersebut masih belum bisa menerima kepahitan-kepahitan. Baik itu jasmani maupun rohani.
Aku menjadi melayang diantara hitam-putih, panas-dingin, baik-buruk, benar-salah, senang-susah, pujian-makian. Sesuatu yang sangat relatif tetapi punya tendensi ke arah tertentu.
Sampai suatu saat saya men-scan kembali perasaan saya mengenai cinta... ketika secara tidak sengaja saya dengar pembicaraan orang yang kira-kira begini: "Cinta akan lebih bisa terpahami jika tidak bersandar dengan "karena" tapi bersandar dengan "walaupun". Anda nggak faham yach...? samma. Mau pake rumus...?
Misalkan selama ini dengan kedok cinta, saya mencintai A "KARENA" c,d,e,f,g… (sesuatu yang sangat logis). Tapi masalahnya sekarang, kalau c,d,e,f,g-nya berkurang tidak mustahil cinta saya pada A bukan sekedar tereduksi lagi, akan tetapi mungkin akan habis dan tinggal kedoknya saja, karena ego saya yang menginginkan c,d,e,f,g-nya bukan karena A-nya itu.
Tetapi sebaliknya, dengan berkedok cinta, saya mencintai A "WALAUPUN" v,w,x,y,z dan seterusnya (mungkin terkadang nggak masuk akal). Akan tetapi, meskipun ada faktor v,w,x,y,z dan seterusnya tapi disini kita harapkan mudah-mudahan cintanya semakin menyala dan kedoknya semakin menghilang.
Dalam bahasa yang sederhana Allah berkata “Ketika AKU baru menciptakan manusia, mereka semua mengaku cinta kepada-KU. Kemudian KU-ciptakan dunia, sebagian besar berpaling ke dunia lari meninggalkan-KU, hanya sedikit yang tetap mencintai-KU. Kemudian KU-ciptakan Surga, sebagian besar dari yang sedikit itu berpaling padanya, dan tinggal sedikit dari yang sedikit tetap mencintai-KU. Kemudian KU-ciptakan neraka, sebagian besar dari yang sedikit dari yang sedikit tadi lari meninggalkan-KU karena takut padanya, maka tinggallah sedikit dari yang sedikit dari yang sedikit tetap cintanya kepada-KU. Pada yang sedikit dari yang sedikit dari yang sedikit itu KU-timpakan ujian, Sebagian besar dari yang sedikit dari yang sedikit dari yang sedikit itu tidak tahan dan mengeluh, hingga hanya tinggallah sedikit dari yang sedikit dari yang sedikit dari yang sedikit tadi masih tetap cintanya kepada-KU.
Kepada yang tersisa itu AKU katakan "Kalian tidak menginginkan dunia, tidak mengharapkan surga, tidak lari dari neraka, dan tidak mengeluh dari ujian, lalu apa yang kalian inginkan...?" "Engkau lebih mengetahui apa yang kami inginkan, jawab mereka." "AKU akan memberikan cobaan yang berat pada kalian, sebanyak napas kalian, bahkan gunung yang kokoh sekalipun tidak akan sanggup menanggungnya, apakah kalian akan tetap bersabar...? "Jika KAU yang menurunkan cobaan itu, kami siap menerimanya."
Kata Allah: "Kalian adalah hamba-hamba-KU yang sejati. Kalian adalah pecinta-KU yang sidiq. Aku akan beri kalian dunia dan surga. Aku akan menyingkirkan segala bencana dari kalian, mereka yang tersisa itu-lah hamba-KU.
0 comments:
Posting Komentar