Sabtu, 26 Maret 2011

Aku jadi GeEr

Pulang kampung di akhir pekan rasanya sudah biasa. Apalagi pulang dengan kereta. Sudah biasa pula dengan perjalan yang memerlukan keseimbangan, menopang berat badan dari rasa lelah.

Meskipun harus terus bertahan, aku menikmatinya. Menikmati pejalan panjang yang telah lama aku tidak berada dalam saat-saat seperti ini. Rasa-rasanya aku begitu menghayati rasa kangenku di kereta.

Seperti kereta-ku saja. Saking senangnya kereta ini, seolah aku pemilik yang enggan mau berhenti dalam waktu singkat. Aku menikmati pemandangan dengan suka cita. Enggan dengan duduk manis, aku ingin berdiri saja agar tampaknya lebih indah seperti pemandangan alam yang luas dalam bingkai kaca kereta.

Lagi-lagi aku selalu terkejut setiap kali aku disini. Penampilan sang perkasa itu memukau aku dan di sekelilingku. Bulu matanya yang sangat lentik, bajunya yang manis dan keanggunan itu membuatku tersenyum kecil. Sungguh lucunya dunia ini ...

Stasiun demi stasiun dilewati, aku masih saja enggan singgah dari gerbong ini. Hanya saja singgahan-singgahan kecil, aku menikamati langkah dan menghindari pertemuan bakul-bakul yang tak bosannya dan tak punya rasa lelah dengan panasnya mentari walau tetesan keringatnya mengalir deras tak henti-hentinya. Padahal setengah mati aku bertahan disini dengan keadaanku yang sangat lemas.

Dua jam berlalu, aku masih menikmati pandangan indah diluar sana dengan bingkaian batas pandang dari kaca kereta. Sedikit bergeser dari posisi awal, aku temui tiga anak kecil yang lucunya membuatku tak merasa lelah. Dua gadis cilik yang putih lucu, rambutnya yang keriting gantung namun tidak terlalu panjang dan satunya gadis cilik manis dengan rambut lurus dan kulit sawo matang ditambah koboy cilik yang lucu dengan topi kulit yang didapatnya dari bakul topi dengan rela meminjamkan dagangannya memendangiku dengan kompak. Dari arah yang berhadapan, mereka menatapku dengan seperti anak yang keheranan. Setiap kali aku mengambil sesuatu dari tasku mereka terus melihat. Padahal hanya air minum, kadang melihat handphone, sampai mengambil tissue. Mereka memperhatikanku dengan seksama. Ibu dan mbak-nya pun ikut-ikutan menertawai tingkah anaknya itu. Hingga gantungan kunci dia tanyakan padaku karena heran ingin tahu. Sungguh lucunya dunia ini ...

0 comments:

Posting Komentar

Recent Posts

Text