Keberadaan manusia dalam berbagai teori memang selalu menjadi peran yang sempurna. Dalam perannya, manusia pun selalu memberikan kesan yang lebih. Nilai positif adalah idealnya mengapa manusia selalu lebih mulia dan sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Proses bagaimana manusia tercipta hingga akhir hayatnya sebenarnya mampu menjadi cerminan bagi perjalanan manusia lain pada periode-periode selanjutnya. Mereka yang selalu tumbuh, berkembang, beradaptasi, langkahnya selalu sama, tidak ada bedanya. Setelah melewati proses dan perjalan yang panjang mereka hancur, mati, dan tak berwujud. Terlihat terlalu singkat.
Terlahir sebagai manusia terkadang antara senang dan menyesal. Disaat kegembiraan datang, menjadi senang sejadi-jadinya. Di kala masalah datang secara bergiliran, seketika itu mengeluh mengapa Tuhan menciptakanku menjadi sosok manusia. Mengapa tidak menjadi lebah atau kupu-kupu yang indah saja?, yang nantinya hanya berterbangan di langit-langit bumi. Tidak terbanyangkan bentuk tempatnya seperti apa. Menyerahlah!!
Rembulan yang terang cahayanya, malam-malam yang dingin udaranya. Sepinya meresahkan perempuan-perempuan remaja. Entah karena apa, sungguh tidak bisa ditebak. Keinginannya menjadi lebah yang manis atau untuk sekedar menjadi kupu-kupu yang indah saat matahari tak begitu tampak. Kala itu, aku menyebutnya si daun talas. Seorang perempuan yang hampir matang, kukenal dekat sifat dan kepribadiannya. Di waktu yang sama, aku menyebutnya si rumput liar. Seorang perempuan remaja yang terlihat matang, kukenal dekat sifat dan kepribadiannya pula.
"Aku ingin menjadi bulan", kata si daun talas di malam-malam panjang yang telah terlewatan. Kulihat matanya sembab, tapi tak kulihat tetasan air keluar dari matanya. "Aku hanya rumput liat, dan akan menjadi rumput liar", kata si rumput liar dengan tegas. Rumput liar yang tangguh. Mengejar mimpi untuk sebuah impian yang indah. Memasang kuat-kuat tekad dari hati, berusaha selaras dan seimbang dengan alam dan lingkungan. Segera bangkit meskipun berkali-kali terinjak oleh orang. Berusaha tegap meski angin kencang membuatnya gontai. Manis sekali si rumput liar.
Sakit-sakitan, termenung, dan murung si daun talas. Baginya cobaan adalah masalah dan mimpi adalah tujuan hidupnya. Ketika terinjak maka akan membuatnya merasa sakit. Semakin sakit ketika ribuan kaki menginjaknya berkai-kali. Baginya pula, angin yang berhembus kencang akan sangat menusuk tulang-tulangnya. Semakin lama akan mengering, keropos dan hancur. Tekad usahanya juga telah dikerahkan. Doanya yang khusuk sungguh melebihi tekad bulat seorang sufi. Usahanya begitu keras, tapi siapa yang akan tahu satu menit telah menantinya di depan. Semua penuh dengan misteri.
Sebagai manusia, terlahir di dunia adalah anugerah. Kelahiran seorang banyi adalah anugerah bagi Ibunya. Ayahnya pun melengkapi kebahagian di sekitarnya. Banyi-banyi itu adalah tanggung jawab orang tuanya. Orang tua adalah tanggung jawab Ayah-Ibu mereka di atasnya, dan seterusnya. Tanggung jawab manusia atas manusia. Kemuadian tanggung jawab manusia akan dirinyaa terhadap sang pencipta. Dan saat itulah keyakinan hadir dalam kehidupan manusia dan menjadi hak asasi bagi masing-masing mereka. Manusia silahkan memilih dan memilahnya. Bukan sesuatu itu baik karena tradisi. Bukan pula karena sesuatu itu menjadi lebih baik karena kita bisa mengikuti tradisi. Bukan karena kita menjadi istimewa karena lebih dari yang lain. Bukan karena sendiri yang selalu identik dengan kesedihan. Melainkan karena kita punya pribadi dan harga diri yang lebih dari segalanya.
Sakit-sakitan, termenung, dan murung si daun talas. Baginya cobaan adalah masalah dan mimpi adalah tujuan hidupnya. Ketika terinjak maka akan membuatnya merasa sakit. Semakin sakit ketika ribuan kaki menginjaknya berkai-kali. Baginya pula, angin yang berhembus kencang akan sangat menusuk tulang-tulangnya. Semakin lama akan mengering, keropos dan hancur. Tekad usahanya juga telah dikerahkan. Doanya yang khusuk sungguh melebihi tekad bulat seorang sufi. Usahanya begitu keras, tapi siapa yang akan tahu satu menit telah menantinya di depan. Semua penuh dengan misteri.
Sebagai manusia, terlahir di dunia adalah anugerah. Kelahiran seorang banyi adalah anugerah bagi Ibunya. Ayahnya pun melengkapi kebahagian di sekitarnya. Banyi-banyi itu adalah tanggung jawab orang tuanya. Orang tua adalah tanggung jawab Ayah-Ibu mereka di atasnya, dan seterusnya. Tanggung jawab manusia atas manusia. Kemuadian tanggung jawab manusia akan dirinyaa terhadap sang pencipta. Dan saat itulah keyakinan hadir dalam kehidupan manusia dan menjadi hak asasi bagi masing-masing mereka. Manusia silahkan memilih dan memilahnya. Bukan sesuatu itu baik karena tradisi. Bukan pula karena sesuatu itu menjadi lebih baik karena kita bisa mengikuti tradisi. Bukan karena kita menjadi istimewa karena lebih dari yang lain. Bukan karena sendiri yang selalu identik dengan kesedihan. Melainkan karena kita punya pribadi dan harga diri yang lebih dari segalanya.
0 comments:
Posting Komentar