Ketika aku tak mamapu lagi menjawab tentang apa yang kau rasakan, janganlah berlari menjauh meninggalkanku. Merasa bimbang dengan pilihan yang hendak aku menjawabnya, tapi aku takut jika itu akan kembali terjadi padaku. Sesungguhnya aku ingin menjawabnya secara jelas tapi aku pun masih takut jika aku tak mampu dengan apa yang aku katakan. Aku takut jika hanya perasaanku yang mulai terbawa suasana aku menjawabnya dengan mudah tanpa aku tahu apa akibat dan tanggung jawab perkataanku.
Ketika kamu merasa tak percaya lagi padaku tentang apa yang aku rasakan, janganlah berlari meninggalkanku disini sendiri. Merasa dalam kegentingan yang kurasakan akan sosokmu yang berlari tanpa memalingkan pandanganmu sedikit pun kearahku memberi sandi-sandi kepedulianmu yang mulai enyah untukku. Mencoba mencari udang mengeluarkan bagaimama perasaan terdalam yang aku rasakan tentangmu yang tanpa mencoba menjauh berlari darimu.
Berusaha menyikapinya dengan baik saat kau tak mampu menemukanku. Dalam perjuangan yang sedang kau tempuh aku selalu berkata dalam hati hari-hariku bahwa aku takkan menjauh berlari meninggalkanmu. Mengisi hari-hariku penuh dengan warna-warna ceria, kau krayon pelengkap krayon-krayonku saat aku menggerakkan tanganku untuk melukis. Melengkapi lukisan dengan indah tentang apa yang akan segera menjadi obyek lukisan indah itu.
Akan sama halnya saat kau pun tak berada dekat denganku. Merasakan kau begitu dekat dan membantuku mulai membuat sketsa kemudian menyempurnakan sketsa itu menjadi obyek yang nampak jelas dan kemudian diperindah dengan warna-warna terang dan mengkombinasikannya dengan warna-warna lain menjadikannya lebih hidup dan bermakna.
Keberadaanmu takkan mengurangi rasa sayangku untukmu. Perasaan itu akan selalu ada selama kau merasa aku masih menjadi bagian dalam hidupmu. Begitu juga dengan aku. Bagian yang takkan terpisahkan dari bagiannya takkan melelehkan rasa manis itu meski berada pada suhu 100 derajat sekalipun.
Ingin selalu menenangkan perasaan gundahmu entah dengan cara seperti apa. Satu hal yang ingin kau tahu. Aku menjaganya jika disana kau pun menjaganya. Dengan baik atau kuramg baikkah caramu menjaganya maka seperti itulah caraku menjagamu. Jika suatu saat kau menangis, aku pun sama menangisnya dengan apa yang kau rasakan. Semoga tetesan-tetesan air mata itu akan beserta dengan aku dan kamu mengikuti lantunan doa-doa yang selalu menajadi sebuah harapan. Aku akan selalu merasa tenang karena kau selalu membuat aku percaya. Hanya sedikit rasa curiga yang terkadang melintas dan memecahkan kaca-kaca dibeningnya mataku.
Tak perlu kau meminta bukti dariku. Begitu juga aku tak mengharapkan sedikit bukti itu darimu untuk saat ini. Alat ukur yang tak mampu menentukkan ketika kau memberikan perasaan itu takkan pernah ada. Aku juga takkan memberimu dengan ukuran dan takaran yang sama yang menjadikannya seimbang yang kau kira akan merasa tak sia-sia dan ragu terhadapku.
Jadi jalanilah mengikuti kemana arah hatimu melangkah. Karena hanya perasaanmu yang tahu bagaimana dan seperti apa jawabnya. Dan perasaanmu lah yang mampu mengukurnya dengan tepat.
0 comments:
Posting Komentar