Kamis, 23 September 2010

Perutku Sakit

Sepulang kuliah sore aku menemukan makanan yang sedang aku inginkan. Sekian hari anak-anak kos merindukan kehadirannya. Pak Bejo, si penjual mie ayam akhirnya berkeliling di lintas kontrakan sore itu. Suasana kontrakan yang jauh berbeda dengan suasana kos melengkapi kenikmatan disetiap mili liter racikan bumbu-bumbu pelengkap mie-ayam+sawi hijau di mangkok putih bergambarkan ayam jago.

Hujan di sore itu menyelimuti tubuhku. Dengan satu botol kecap-saus dan satu mangkok kecil sambal menjadi pemanis tampilan mangkok-mangkok kami. Aku yang tak suka dengan saus memutuskan memilih sambal sebagai penggantinya. Kecap yang menjadi kesukaanku pun memberikan warna coklat dan menjadi coklat kehitaman diantara mangkok-mangkok yang lain. Aku menyantapnya sawi-mie-ayam dengan bergantian setelah masing-masing habis. Begitu juga dengan teman-temannya dengan caranya masing-masing. Kerupuk tahu pong melengkapi kuah-kuah itu. Kami yang sedang lapar dan aku yang baru makan satu kali tak menyisakan isi mangkok terkecuali sisa kuah yang tidak kuat lagi untuk kami santap.

Tak bisa aku bayangkan kembali tentang kejadian di sore itu. Kami yang begitu berselera makan meski hanya ditutup dengan minum air putih membuat aku tidak bisa tidur tenang di tengah malam. Perutku menjadi sakit. Pagi hari yang masih dibasahi embun pagi membangunkan tidurku. Mengantarkanku menuju kamar kecil di belakang pojok kontrakanku. Meski harus mengantri dengan teman lain yang sedang mandi dan entah sedang apa di dalam aku menunggu dengan sabar dengan berdiri. Sungguh perutku sakit sekali.

Tak akan aku ulangi lagi kesalahanku ini. Meski lezat tapi menyakitkanku, mungkin memang perlu dipikir kembali apa makanan yang kita pilih dan cara makan serta kondisi badan kita yang sedang sehat atau tidak akan mempengaruhi. Kasihan sekali perutku. Kau yang lama kosong dan tak terisi menjadi tercemar dengan makanan instan itu. Takkan aku mengulanginya. ^_~

0 comments:

Posting Komentar

Recent Posts

Text