Rabu, 26 Januari 2011

Aku Penasaran sama UFO



UFO ???

Baru - baru ini banyak sekali media yang membahas berita kedatangan UFO (Unidentified Flying Objek) yang disebut-sebut sebagai kendaraan makhluk luar angkasa. Fenomena yang terjadi di belahan dunia seperti di Amerika Serikat dan Korea ditemukan fenomena unik berupa lingkaran simetris yang sering dijumpai di ladang gandum. Fenomena ini disebut sebagai crop circle. Fenomena serupa, Senin (24/1/2011) Pagi, Dusun Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, di Yogyakrata kedatangan gelombang warga yang ingin menonton fenomena lingkaran misterius di lahan pesawahan milik tujuh warga.

Fenomena crop circle adalah fenomena yang cukup tua, sudah ada sejak sekitar tahun 1686, ketika Prof Robert Polt, profesor kimia di Oxford, menulis buku A Natural History of Staffordshireyang menyinggung crop circle. Dia antara lain menyebutkan bentuk crop circle adalah simetris dan terjadi di lahan yang subur serta di padang terbuka. Crop circle oleh sebagian orang lalu diduga sebagai jejak pendaratan UFO. Pada abad ke-20 terjadis sekitar 10.000 crop circle, sementara jumlah kasus UFO yang dilaporkan sejak sebelum tahun 1940 hingga sekarang sekitar 550 kasus.

Soal ada atau tidaknya UFO lalu memancing perdebatan panjang. Di satu sisi ada kelompok yang percaya akan adanya UFO, benda terbang tak dikenal yang disebut-sebut sebagai kendaraan makhluk asing (alien) dari luar angkasa. Di sisi lain ada kelompok yang tidak percaya akan eksistensi makhluk luar angkasa dan UFO.

Salah satu ujung tombak kalangan yang percaya kepada alien adalah Bob Dean, ufologist dan mantan anggota staf di Supreme Headquarters Allied Powers Europe (SHAPE) pada 1960-an. Bob Dean antara lain menyatakan, informasi tentang UFO dan alien termasuk informasi militer dengan tingkat rahasia amat tinggi dan ”dilarang diumumkan kepada khalayak”.

Kelompok pertama berpendapat, crop circle adalah jejak pendaratan UFO. Sulit membayangkan suatu pola rumit di wilayah cukup luas; lingkaran di Sleman berdiameter sekitar 60 meter-70 meter bisa dibuat secara cepat tanpa diketahui orang. Lingkaran di Sleman diketahui Ngadiran, salah satu pemilik lahan sawah, Minggu (23/1/2011). Padahal, pada Sabtu lingkaran tersebut belum ada.

Pihak yang tidak percaya adanya UFO menegaskan, crop circle adalah karya seni buatan manusia. Dosen astronomi dari Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung, Taufiq Hidayat, misalnya, mengatakan, ”Lingkaran ini lebih berupa fenomena seni. Ini adalah buatan manusia (Kompas, 25/1/2011).”

Sementara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional setelah turun ke lapangan kemarin menegaskan, lingkaran misterius di Sleman adalah buatan manusia karena di tengahnya ada lubang yang diduga bekas tempat menancapnya poros untuk membentuk pola-pola lingkaran. Fenomena serupa, Selasa,ditemukan di lahan persawahan di Dusun Wanujoyo, Srimartani, Piyungan, Bantul, DI Yogyakarta.

Pendapat ini dikuatkan oleh pengakuan Doug Bower dan Dave Chorley pada tahun 1991 bahwa mereka menciptakan lingkaran misterius di Longwood Estate. Ide membuat lingkaran mereka cetuskan tahun 1978. Para pencipta crop circle pun memiliki situs resmi lengkap dengan cara membuat crop circle. Bagi sementara orang, masalah UFO bisa masuk dalam area pseudo-science.

Perjalanan panjang dengan kemajuan ilmu pengetahuan hingga kini antara lain masih kental diwarnai oleh ide positivisme logis yang berakar dari pemikiran Descartes dengan ujaran ”sakral”: cogito ergo sum (aku berpikir, maka aku ada). Ide ini mengerucut pada pendapat bahwa sensasi indrawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan. Pengetahuan mistis pun ditinggalkan.


Sebab Timbulnya Pemikiran Rasioanalisme

Descartes merupakan orang pertama yang memiliki kapasitas filosofis yang sangat dipengaruhi oleh fisika baru dan astronomi. Ia banyak menguasai filsafat Scholastic, namun ia tidak menerima dasar-dasar filfasat Scholastic yang dibangun oleh para pendahulunya. Ia berupaya keras untuk mengkonstruksi bangunan baru filsafat. Hal ini merupakan terobosan baru semenjak zaman Aristoteles dan hal ini merupakan sebuah neo-self-confidence yang dihasilkan dari kemajuan ilmu pengetahuan. Dia berhasrat untuk menemukan sebuah ilmu yang sama sekali baru pada masyarakat yang akan memecahkan semua pertanyaan tentang kuantitas secara umum, apakah bersifat kontinim atau terputus.

Visi Descartes telah menumbuhkan keyakinan yang kuat pada dirinya tentang kepastian pengetahuan ilmiah, dan tugas dalam kehidupannya adalah membedakan kebenaran dan kesalahan dalam semua bidang pelajaran. Karena menurutnya semua ilmu merupakan pengetahuan yang pasti dan jelas.

Pada dasarnya, visi dan filsafat Descartes banyak dipengaruhi oleh ilmu alam dan matematika yang berasas pada kepatian dan kejelasan perbedaan antara yang benar dan salah. Sehingga dia menerima suatu kebenaran sebagai suatu hal yang pasti dan jelas atau disebut Descartes sebagai kebenaran yang Clear and Distinct.

Dalam usahanya untuk mencapai kebenaran dasar tersebut Descartes menggunakan metode Deduksi, yaitu dia mededuksikan prinsip-prinsip kebenaran yang diperolehnya kepada prinsip-prinsip yang sudah ada sebelumnya yang berasal dari definisi dasar yang jelas. Sebagaimana yang ditulis oleh Robert C. Solomon dan Kathleen M. Higgins dalam buku sejarah filsafat.

Kunci bagi deduksi keseluruhan Descartes akan berupa aksioma tertentu yang akan berfungsi sebagai sebuah premis dan berada diluar keraguan. Dan aksioma ini merupakan klaimnya yang terkenal Cogito ergo sum “Aku berpikir maka aku ada”


Pola Pikir Rasionalisme

Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama. Rasionalisme mempunyai kemiripan dari segi ideologi dan tujuan dengan humanisme dan atheisme, dalam hal bahwa mereka bertujuan untuk menyediakan sebuah wahana bagi diskursus sosial dan filsafat di luar kepercayaan keagamaan atau takhayul. Meskipun begitu, ada perbedaan dengan kedua bentuk tersebut: Humanisme dipusatkan pada masyarakat manusia dan keberhasilannya. Rasionalisme tidak mengklaim bahwa manusia lebih penting daripada hewan atau elemen alamiah lainnya. Ada rasionalis-rasionalis yang dengan tegas menentang filosofi humanisme yang antroposentrik. Atheisme adalah suatu keadaan tanpa kepercayaan akan adanya Tuhan atau dewa-dewa; rasionalisme tidak menyatakan pernyataan apapun mengenai adanya dewa-dewi meski ia menolak kepercayaan apapun yang hanya berdasarkan iman. Meski ada pengaruh atheisme yang kuat dalam rasionalisme modern, tidak seluruh rasionalis adalah atheis.

Di luar konteks religius, rasionalisme dapat diterapkan secara lebih umum, umpamanya kepada masalah-masalah politik atau sosial. Dalam kasus-kasus seperti ini, yang menjadi ciri-ciri penting dari perpektif para rasionalis adalah penolakan terhadap perasaan (emosi), adat-istiadat atau kepercayaan yang sedang populer.

Pada pertengahan abad ke-20, ada tradisi kuat rasionalisme yang terencana, yang dipengaruhi secara besar oleh para pemikir bebas dan kaum intelektual. Rasionalisme modern hanya mempunyai sedikit kesamaan dengan rasionalisme kontinental yang diterangkan Rene Descartes. Perbedaan paling jelas terlihat pada ketergantungan rasionalisme modern terhadap sains yang mengandalkan percobaan dan pengamatan, suatu hal yang ditentang rasionalisme kontinental sama sekali.

Dengan demikian, inti rasionalisme adalah bahwa pengetahuan yang dapat diandalkan bukan berasal dari pengalaman, melainkan dari pikiran.

Panjang kaitannya antara bukti-bukti yang ditunjukkan dengan perkiraan-perkiraan yang menumpuk di benak banyak orang. Karena semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan semakin berkembangnya penelitian yang mempu menunkukkan bukti-bukti kuat seharusnya pun pemikiran manusia itu juga berkembang dan tidak meliha dari satu sisi saja.

0 comments:

Posting Komentar

Recent Posts

Text