Minggu, 22 Mei 2011

Akhirnya Aku Harus Pergi Juga

Pagi ini sejuk sekali. Tak seperti biasanya aku yang kedinginan beselimut kabut kini tak lagi aku rasakan. Tak jemu-jemunya aku bercerita tentang rumah, tanah kelahiran yang selalu kukangeni, dan kereta yang menyimpan banyak misteri.

Aku meninggalkan pohon akasia didekat pagar taman rumah yang sangat sederhana itu. Terlihat seperti pohon cemara yang menjulang tinggi ke atas di suatu pegunungan bersalju pada malam hari. Tanaman kerdil itu selalu membuatku tentram dan damai. Bau wangi parfum dan ajakan lembutnya untuk menemaninya memasak di dapur selalu membuatku nyaman dan gembira. Ini suatu permaian yang mengasyikkan. Bercengkrama dan menasehati di rumah mungil dengan sambal terasi, lalaban daun singkong, dan pete yang rasanya asyik sekali. Berebut dengan adekku yang semangat dengan menu istimewa itu.

Pagi ini akhirnya aku harus pergi juga. Semoga senantiasa dimudahkan jalanku dan jalanmu cinta. Yang tidak pernah terkalahkan apa pun juga. Tetesan doa disetiap baitku, dariku untukmu, darimu untukku, dari cintaNYA kepada setiap nafas-doa.

0 comments:

Posting Komentar

Recent Posts

Text