Jumat, 16 Agustus 2013

Hati


Hati adalah panglima. Al-ghazali, “Hati adalah segumpal daging yang di dalamnya ada lubang dan di dalam lubang itu ada darah hitam (liver). Hati adalah sesuatu yang halus (lathifah) dan bersifat ketuhanan (rabbaniyah). Hati adalah nafs yang di dalamnya terhimpun dalam berbagai jenisnya. Ada yang disebut nafs mutmainnah (diri atau jiwa yang tenang, serius tapi santai, memiliki jiwa yang lapang, sabar, penuh kasih, pemaaf). Nafs lawwamah (jiwa yang mencela, suka mengeluh, menghina, cemberut, jutek). Nafs ammarah bissuu’l (jiwa yang selalu menurut kepada yang jahat, misal dengki, suka memfitnah, merusak dsb).

Konsisi hati akan mempengaruhi diri kita secara keseluruhan. Kabir Helminski, penulis buku The Knowing Heart, A Sufi Path of Tranformation mengatakan bahwa bila hati kita dalam keadaan sadar (awakened) dan bersih (purifed) akan memberikan kapasitas terhadap kebaikan serta kedermawanan yang tak terkunci. Kemudian akan melahirkan sifat-sifat ketinggian kemanusiaan kita. Subahanalloh, senangnya jika hati kita selalu dalam keadaan sadar dan bersih.

Hati yang sadar di setiap waktu dan bersih di sedia kala pasti menjadi impian semua orang. Tidak terkecuali mereka yang masih dalam keadaan kurang sadar dan kurang bersih bahkan lebih jauh dari itu. Lisan yang terjaga dan perilaku yang mendorong ke arah kebaikan pada diri seseorang pasti mampu menunjukkan bahwa sebenarnya orang itu hatinya baik. Apakah engkau percaya jika seseorang yang lisannya selalu terjaga dan perilakunya yang baik, pasti memiliki panglima yang baik?. “Bisa jadi seseorang itu hanya dalam kepura-puraan atau modus mencari muka dari khalayak supaya dianggap memiliki hati yang baik”, mungkin jawaban itu mendekati beberapa orang yang selalu berpikir rasional.

Jika engkau_ pembaca berpikiran sama dengan sisi kejahatanku, maka baiklah saat ini kita bersama-sama berada dalam ketidaksadaran. Lantas jika aku ingin terbangun dalam hitungan tiga, apakah engkau ingin bangun bersamaku?

Jangan berpikir terlalu lama. Hitungan tiga itu hanya tiga detik. Atau untuk lebih baiknya engkau tidak usah saja berpikir terlalu keras karena mungkin ini masih tidak terlalu penting bagimu. Dalam hitungan tiga, seperti pelari yang siap berlomba ia tidak perlu lagi dalam keraguan. Mereka yang masih dalam keraguan adalah.
1.      Pelari yang tidak tahu kalau dia akan segera mengikuti lomba.
2.      Pelari yang tidak pernah latihan menjelang hari perlombaan.
3.      Pelari yang tidak percaya akan kemampuan dirinya.
Sesuatu yang aneh, jika seorang pelari ingin mengikuti lomba tapi ia berada dalam keraguan. Sepertinya hal semacam itu tidak perlu diperharikan. Apakah engkau masih berpikir?

Aku disini sudah tidak lagi menunggu jawabanku, kawan. Maafkan aku. Sesuatu yang ingin aku sampaikan adalah ketika engkau masih memikirkan seseorang yang berada di atas sana. Seseorang yang engkau tidak tahu siapa dia. Dia yang aku sampaikan ketika aku mengajakmu untuk berpikir sejenak kemudian justru melarangmu untuk berpikir terlalu keras. Di bagian atas artikel ini, “seseorang yang lisannya selalu terjaga dan perilakunya baik”. Suatu harapan besar untuk semua manusia, ketika satu orang yang engkau jumpai dalam keadaan baik, maka janganlah engkau mencari-cari kejelekannya, dan ketika satu orang yang engkau jumpai dalam keadaan buruk maka ingatkanlah. Ketika satu orang yang engkau jumpai tidak engkau kenal begitu dekat, maka balaslah dengan sesuatu yang lebih baik, karena suatu saat ia akan tersadar dan mendekat kepada kita. Ketika satu orang yang engkau jumpai itu, engkau merasa takut jika engkau dikira mengguruinya maka yang terbaik adalah diam dan menunjukkan bahwa engkau tidak pernah memusuhinya. Apa engkau pernah dalam keadaan seperti ini? “ya, maka dari itu aku ingin membagi pengalaman bersama sahabat blogger tercinta.

Jika engkau berada dalam hal yang sama, maka tetaplah jaga hatimu. Jangan pikirkan kejahatan ketika engaku masih dalam keadaan aman. Pikirkanlah strategi terbaik ketika engkau dalam keadaan tidak aman. Teruslah berpikir dengan sifat-sifat ilmiah, dan tunjukkan pada dunia bahwa engkau adalah generasi bangsa yang baik, yang patut di contoh dari sifat kebaikanmu. Saat engkau kembali berpikir “bagaimana caranya agar dunia tahu aku memiliki hati yang baik”, engkau hanya cukup menjadi pribadi baik yang selalu menerapkan. Di mana pun, dalam keadaan apa pun dengan diiringi doa dan sifat ilmiahmu yang semakin melekat.

Apa engkau pernah mendengar tentang perkataan seorang perempuan yang menunggu hatinya menjadi baik kemudian segera memutuskan untuk berhijab? Lantas apa yang engkau pikirkan? Apakah engkau berpikir bahwa perempuan itu memiliki hati yang buruk? “tentu saja tidak”. Suatu ketika aku mendengar hal yang sama dari seorang perempuan yang cukup aku kenal bertahun-tahun. Aku berteman lama dengannya, bahkan sempat dua tahun belajar bersama di sekolah. Apakah engkau masih berpikir dia adalah perempuan yang tidak baik? “tentu saja tidak seperti itu”.

Dia adalah perempuan yang lembut perangainya. Meskipun penampilannya tidak begitu mencerminkan sosok wanita seutuhnya, aku dapat mengatakan bahwa ia adalah perempuan yang baik. Dia suka memakai celana, bahkan tidak pernah memakai rok, kecuali waktu sekolah. Meskipun kegemarannya memakai rok tidak dapat dijadikan acuan untuk menunjukkan bahwa dia seorang perempuan baik, tapi aku mengenalnya dengan baik di kesehariannya bersamaku, bersama teman-teman satu kelas bahkan sampai pada saat permusuhan kecil melanda diantara salah satu diantara temanku dengannya. Sesungguhnya dia memiliki pribadi yang baik dalam dirinya.

Untuk apa menunggu memiliki hati yang baik lalu kemudian setelah merasa baik engkau mengenakan hijab/jilbab? Apakah engkau merasa bahwa kebaikannmu itu telah sempurna, lantas engkau mengenakan hijab/jilbab? Darimana engkau tahu kalau kebaikanmu itu sempurna? Ketika sebelum aku menulis ini dan masih dalam keragu-raguan untuk mengenakan hijab, aku juga banyak berpikir “merasa belum pantas dan tidak sepantasnya aku berkata begini”, tapi kemudian seiring perjalanan waktu, Dia membuka hatiku hingga pada akhirnya tanpa sedikit keraguan pun untuk tidak memakai hijab/jilbab.
Ingatlah teman, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Tanpa keyakinan dan keimanan kita tidak akan pernah sanggup menjalani kehidupan yang penuh dengan misteri. Dunia luar yang bebas tanpa aturan, ilmu pengetahuan yang semakin canggih, persaingan yang tidak pernah kita sadari dsb.

Kerukunan pasti menjadi harapan setiap manusia. Jika manusia satu dengan yang lain dan semua manusia memiliki hati yang baik, pasti tidak ada orang jahat. Kalau tidak ada orang jahat, pasti dunia ini menjadi aman dan damai. “Apakah itu mungkin? Bukankah Allah telah menciptakan sesuatu secara berpasang-pasangan? “Allah hanya akan menunjukkan jalan-Nya bagi orang-orang yang beriman. So, semoga kita bersama-sama menjadi orang yang beruntung dan selalu dekat hatinya kepada Allah SWT. Amin.

0 comments:

Posting Komentar

Recent Posts

Text