Hati
adalah panglima. Al-ghazali, “Hati adalah segumpal daging yang di dalamnya ada
lubang dan di dalam lubang itu ada darah hitam (liver). Hati adalah sesuatu
yang halus (lathifah) dan bersifat ketuhanan (rabbaniyah). Hati adalah nafs
yang di dalamnya terhimpun dalam berbagai jenisnya. Ada yang disebut nafs
mutmainnah (diri atau jiwa yang tenang, serius tapi santai, memiliki jiwa yang
lapang, sabar, penuh kasih, pemaaf). Nafs lawwamah (jiwa yang mencela, suka
mengeluh, menghina, cemberut, jutek). Nafs ammarah bissuu’l (jiwa yang selalu
menurut kepada yang jahat, misal dengki, suka memfitnah, merusak dsb).
Konsisi
hati akan mempengaruhi diri kita secara keseluruhan. Kabir Helminski, penulis
buku The Knowing Heart, A Sufi Path of
Tranformation mengatakan bahwa bila hati kita dalam keadaan sadar (awakened) dan bersih (purifed) akan memberikan kapasitas
terhadap kebaikan serta kedermawanan yang tak terkunci. Kemudian akan
melahirkan sifat-sifat ketinggian kemanusiaan kita. Subahanalloh, senangnya
jika hati kita selalu dalam keadaan sadar dan bersih.
Hati
yang sadar di setiap waktu dan bersih di sedia kala pasti menjadi impian semua
orang. Tidak terkecuali mereka yang masih dalam keadaan kurang sadar dan kurang
bersih bahkan lebih jauh dari itu. Lisan yang terjaga dan perilaku yang
mendorong ke arah kebaikan pada diri seseorang pasti mampu menunjukkan bahwa
sebenarnya orang itu hatinya baik. Apakah engkau percaya jika seseorang yang
lisannya selalu terjaga dan perilakunya yang baik, pasti memiliki panglima yang
baik?. “Bisa jadi seseorang itu hanya dalam kepura-puraan atau modus mencari
muka dari khalayak supaya dianggap memiliki hati yang baik”, mungkin jawaban
itu mendekati beberapa orang yang selalu berpikir rasional.
Jika
engkau_ pembaca berpikiran sama dengan sisi kejahatanku, maka baiklah saat ini
kita bersama-sama berada dalam ketidaksadaran. Lantas jika aku ingin terbangun
dalam hitungan tiga, apakah engkau ingin bangun bersamaku?
Jangan
berpikir terlalu lama. Hitungan tiga itu hanya tiga detik. Atau untuk lebih
baiknya engkau tidak usah saja berpikir terlalu keras karena mungkin ini masih
tidak terlalu penting bagimu. Dalam hitungan tiga, seperti pelari yang siap berlomba
ia tidak perlu lagi dalam keraguan. Mereka yang masih dalam keraguan adalah.
1. Pelari
yang tidak tahu kalau dia akan segera mengikuti lomba.
2. Pelari
yang tidak pernah latihan menjelang hari perlombaan.
3. Pelari
yang tidak percaya akan kemampuan dirinya.
Sesuatu
yang aneh, jika seorang pelari ingin mengikuti lomba tapi ia berada dalam
keraguan. Sepertinya hal semacam itu tidak perlu diperharikan. Apakah engkau
masih berpikir?
Aku
disini sudah tidak lagi menunggu jawabanku, kawan. Maafkan aku. Sesuatu yang
ingin aku sampaikan adalah ketika engkau masih memikirkan seseorang yang berada
di atas sana. Seseorang yang engkau tidak tahu siapa dia. Dia yang aku
sampaikan ketika aku mengajakmu untuk berpikir sejenak kemudian justru
melarangmu untuk berpikir terlalu keras. Di bagian atas artikel ini, “seseorang
yang lisannya selalu terjaga dan perilakunya baik”. Suatu harapan besar untuk
semua manusia, ketika satu orang yang engkau jumpai dalam keadaan baik, maka
janganlah engkau mencari-cari kejelekannya, dan ketika satu orang yang engkau
jumpai dalam keadaan buruk maka ingatkanlah. Ketika satu orang yang engkau
jumpai tidak engkau kenal begitu dekat, maka balaslah dengan sesuatu yang lebih
baik, karena suatu saat ia akan tersadar dan mendekat kepada kita. Ketika satu
orang yang engkau jumpai itu, engkau merasa takut jika engkau dikira
mengguruinya maka yang terbaik adalah diam dan menunjukkan bahwa engkau tidak
pernah memusuhinya. Apa engkau pernah dalam keadaan seperti ini? “ya, maka dari
itu aku ingin membagi pengalaman bersama sahabat blogger tercinta.
Jika
engkau berada dalam hal yang sama, maka tetaplah jaga hatimu. Jangan pikirkan
kejahatan ketika engaku masih dalam keadaan aman. Pikirkanlah strategi terbaik
ketika engkau dalam keadaan tidak aman. Teruslah berpikir dengan sifat-sifat
ilmiah, dan tunjukkan pada dunia bahwa engkau adalah generasi bangsa yang baik,
yang patut di contoh dari sifat kebaikanmu. Saat engkau kembali berpikir
“bagaimana caranya agar dunia tahu aku memiliki hati yang baik”, engkau hanya
cukup menjadi pribadi baik yang selalu menerapkan. Di mana pun, dalam keadaan
apa pun dengan diiringi doa dan sifat ilmiahmu yang semakin melekat.
Apa
engkau pernah mendengar tentang perkataan seorang perempuan yang menunggu
hatinya menjadi baik kemudian segera memutuskan untuk berhijab? Lantas apa yang
engkau pikirkan? Apakah engkau berpikir bahwa perempuan itu memiliki hati yang
buruk? “tentu saja tidak”. Suatu ketika aku mendengar hal yang sama dari
seorang perempuan yang cukup aku kenal bertahun-tahun. Aku berteman lama
dengannya, bahkan sempat dua tahun belajar bersama di sekolah. Apakah engkau masih
berpikir dia adalah perempuan yang tidak baik? “tentu saja tidak seperti itu”.
Dia
adalah perempuan yang lembut perangainya. Meskipun penampilannya tidak begitu
mencerminkan sosok wanita seutuhnya, aku dapat mengatakan bahwa ia adalah
perempuan yang baik. Dia suka memakai celana, bahkan tidak pernah memakai rok,
kecuali waktu sekolah. Meskipun kegemarannya memakai rok tidak dapat dijadikan
acuan untuk menunjukkan bahwa dia seorang perempuan baik, tapi aku mengenalnya
dengan baik di kesehariannya bersamaku, bersama teman-teman satu kelas bahkan
sampai pada saat permusuhan kecil melanda diantara salah satu diantara temanku
dengannya. Sesungguhnya dia memiliki pribadi yang baik dalam dirinya.
Untuk
apa menunggu memiliki hati yang baik lalu kemudian setelah merasa baik engkau
mengenakan hijab/jilbab? Apakah engkau merasa bahwa kebaikannmu itu telah sempurna,
lantas engkau mengenakan hijab/jilbab? Darimana engkau tahu kalau kebaikanmu
itu sempurna? Ketika sebelum aku menulis ini dan masih dalam keragu-raguan untuk
mengenakan hijab, aku juga banyak berpikir “merasa belum pantas dan tidak
sepantasnya aku berkata begini”, tapi kemudian seiring perjalanan waktu, Dia
membuka hatiku hingga pada akhirnya tanpa sedikit keraguan pun untuk tidak
memakai hijab/jilbab.
Ingatlah
teman, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Tanpa keyakinan dan keimanan kita
tidak akan pernah sanggup menjalani kehidupan yang penuh dengan misteri. Dunia
luar yang bebas tanpa aturan, ilmu pengetahuan yang semakin canggih, persaingan
yang tidak pernah kita sadari dsb.
Kerukunan
pasti menjadi harapan setiap manusia. Jika manusia satu dengan yang lain dan
semua manusia memiliki hati yang baik, pasti tidak ada orang jahat. Kalau tidak
ada orang jahat, pasti dunia ini menjadi aman dan damai. “Apakah itu mungkin?
Bukankah Allah telah menciptakan sesuatu secara berpasang-pasangan? “Allah
hanya akan menunjukkan jalan-Nya bagi orang-orang yang beriman. So, semoga kita
bersama-sama menjadi orang yang beruntung dan selalu dekat hatinya kepada Allah
SWT. Amin.
0 comments:
Posting Komentar