Jumat, 16 Agustus 2013

Manusia Tidak Ada yang Sempurna


Siapa bilang engkau tidak ingin menjadi sempurna. Engkau berjenis perempuan dan lelaki yang tentu pasti sempurna. Manusia. Makhluk yang Tuhan ciptakan menjadi jajaran diantara jutaan bahkan miliaran makhluk lain yang terlahir dalam planet bumi dan jajaran planet-planet lain yang mengitari ruang di angkasa sana. Tidak banyak orang berkata, “Tidak ada manusia yang sempurna”. Engkau masih saja tidak mensyukuri kesempurnaan yang telah Tuhan hadiahkan untukmu, begitu pula untukku_yang berkali-kali menganggapnya sama. Setiap kali hal ini di bahas maka tidak akan pernah ada habisnya, “Aku adalah manusia. Manusia tidak ada yang sempurna”. Begitulah seterusnya.

Derajat manusia memang paling tinggi diantara makhluk yang lain. Antara manusia dengan makhluk lain bukan manusia dengan manusia lain, maka mereka menganggap bahwa ia makhluk yang tidak pernah sempurna. Sempurna itu tidak terlihat oleh mata. Perwakilan salah satu panca indra kita ini tidak akan mampu melukiskan kesempurnaan manusia. Mana mungkin kesempurnaan itu terlihat oleh mata, sedangakan organ tubuh manusia itu sungguh ajaib yang tersusun satu saling berkaitan. Kesempurnaan manusia harus berada dalam dua hal yang terikat menjadi satu. Antara jasmani pada keadaan tubuh dan rohani pada akhlaknya.

Manusia yang sempat berpikir bahwa dia tidak sempurna, mungkin dia berada dalam gejolak pertarungan antara hati yang berhubungan dengan kebenaran, nilai religius, sifat baik yang sejatinya ada dalam ruang terdalam disana; dengan keadaan yang sebenarnya, tentang bagaimana harus menyikapi kehidupan, tentang bagaimana sebaiknya mengambil keputusan. Kemudian ia kembali berpikir betapa kerasnya hidup, panas, letih, lelah, dingin yang menusuk dan perjalan yang menyakitkan telapak kaki untuk bisa terus bertahan. Sulit dijelaskan untuk menanggapai ketidaksempurnaan manusia. Berbuat ini dan itu, berkata ini dan itu, kemudian begini dan terus begitu, hingga akhirnya memilih untuk begini dan begitu. Keadaan yang seperti ini sebenarnya tidak usah digambarkan, apalagi dituliskan dalam kata-kata. Digambarkan pun hasilnya pasti aneh. Pasti pusing memikirkannya.

Karena manusia tidak ada yang sempurna, maka manusia harus saling melengkapi. Tentu saja, jutaan samapai miliaran orang yang ada di belahan bumi pasti terdapat keragaman bentuk, tinggi badan, warna kulit, suku, agama, ras, sifat, perilaku, dan prinsip hidup manusia. Setelah Tuhan menciptakan manusia dengan jasadnya yang lengkap antara tangan dan kaki, telinga dan mata, pendengaran dan organ tubuh, peredaran darahnya, jantung, hati, ginjal maka hanya akhlak yang kemudian mampu menjadikan manusia sempurna. Sempurna untuk siapa? Sempurna sebagai rasa terima kasih untuk Tuhan karena kemurahan-Nya, kemudian melanjutkannya dengan menjaga sampai saat waktu yang ditentukan untuk segera kembali kepada-Nya. Sempurna untuk siapa, biarkan waktu yang menjawab.

Ingin menjadi siapa aku sini tidak bisa kujelaskan. Ingin seperti apa aku disini juga tidak aku nyatakan. Karena aku hanya ingin Tuhan ikut tersenyum bersama mimpi-mimpiku di sisa hidupku dan di sisa kehadiranku bersama dengan orang-orang yang aku sayangi.

0 comments:

Posting Komentar

Recent Posts

Text