Siapa
bilang engkau tidak ingin menjadi sempurna. Engkau berjenis perempuan dan
lelaki yang tentu pasti sempurna. Manusia. Makhluk yang Tuhan ciptakan menjadi
jajaran diantara jutaan bahkan miliaran makhluk lain yang terlahir dalam planet
bumi dan jajaran planet-planet lain yang mengitari ruang di angkasa sana. Tidak
banyak orang berkata, “Tidak ada manusia
yang sempurna”. Engkau masih saja tidak mensyukuri kesempurnaan yang telah
Tuhan hadiahkan untukmu, begitu pula untukku_yang berkali-kali menganggapnya
sama. Setiap kali hal ini di bahas maka tidak akan pernah ada habisnya, “Aku adalah manusia. Manusia tidak ada yang
sempurna”. Begitulah seterusnya.
Derajat
manusia memang paling tinggi diantara makhluk yang lain. Antara manusia dengan
makhluk lain bukan manusia dengan manusia lain, maka mereka menganggap bahwa ia
makhluk yang tidak pernah sempurna. Sempurna itu tidak terlihat oleh mata.
Perwakilan salah satu panca indra kita ini tidak akan mampu melukiskan
kesempurnaan manusia. Mana mungkin kesempurnaan itu terlihat oleh mata,
sedangakan organ tubuh manusia itu sungguh ajaib yang tersusun satu saling
berkaitan. Kesempurnaan manusia harus berada dalam dua hal yang terikat menjadi
satu. Antara jasmani pada keadaan tubuh dan rohani pada akhlaknya.
Manusia
yang sempat berpikir bahwa dia tidak sempurna, mungkin dia berada dalam gejolak
pertarungan antara hati yang berhubungan dengan kebenaran, nilai religius,
sifat baik yang sejatinya ada dalam ruang terdalam disana; dengan keadaan yang
sebenarnya, tentang bagaimana harus menyikapi kehidupan, tentang bagaimana
sebaiknya mengambil keputusan. Kemudian ia kembali berpikir betapa kerasnya
hidup, panas, letih, lelah, dingin yang menusuk dan perjalan yang menyakitkan
telapak kaki untuk bisa terus bertahan. Sulit
dijelaskan untuk menanggapai ketidaksempurnaan manusia. Berbuat ini dan itu,
berkata ini dan itu, kemudian begini dan terus begitu, hingga akhirnya memilih
untuk begini dan begitu. Keadaan yang seperti ini sebenarnya tidak usah
digambarkan, apalagi dituliskan dalam kata-kata. Digambarkan pun hasilnya pasti
aneh. Pasti pusing memikirkannya.
Karena
manusia tidak ada yang sempurna, maka manusia harus saling melengkapi. Tentu
saja, jutaan samapai miliaran orang yang ada di belahan bumi pasti terdapat
keragaman bentuk, tinggi badan, warna kulit, suku, agama, ras, sifat, perilaku,
dan prinsip hidup manusia. Setelah Tuhan menciptakan manusia dengan jasadnya
yang lengkap antara tangan dan kaki, telinga dan mata, pendengaran dan organ
tubuh, peredaran darahnya, jantung, hati, ginjal maka hanya akhlak yang
kemudian mampu menjadikan manusia sempurna. Sempurna untuk siapa? Sempurna
sebagai rasa terima kasih untuk Tuhan karena kemurahan-Nya, kemudian
melanjutkannya dengan menjaga sampai saat waktu yang ditentukan untuk segera
kembali kepada-Nya. Sempurna untuk siapa, biarkan waktu yang menjawab.
Ingin menjadi
siapa aku sini tidak bisa kujelaskan. Ingin seperti apa aku disini juga tidak
aku nyatakan. Karena aku hanya ingin Tuhan ikut tersenyum bersama mimpi-mimpiku
di sisa hidupku dan di sisa kehadiranku bersama dengan orang-orang yang aku
sayangi.
0 comments:
Posting Komentar