Mentari pagi yang mengahangtkanku dari tetesan embun dengan menciutnya mataku oleh sinarnya yang menawan mengajakku beranjak dari kehangatan malam dengan bulan yang menyelimutiku dari mempi-mimpiku bersama bintang-bintang. Dikembalikannya aku menuju titik puncak panas ketika matahari tepat berada di atasku aku berkaca memandang dan mencermati keberadaanku di depan sebuah benda yang mampu menampakkan sosok seseorang yang setiap orang menjumpaiku akan menyapa dan memanggilku dengan senyuman. Ketikan senyuman itu datang bergiliran aku mulai bertanya apa yang mereka lakukan dan untuk apa mereka demikian? Terlintas banyak tanya apa yang sebenarnya mereka tampakkan dihadapanku dengan tampang-tampang yang halus, dan menawan. Apakah hanya topeng-topeng yang menutupi setiap mata, pipi, hidung, dan bibir mereka agar tampak menawan.
Lelah aku menemukan jawaban sedangkan pertanyaanku semakin menumpuk dengan harapan-harapan setiap tanyaku akan selalu terjawab di setiap kali aku mememukan sosok seorang menjadi diriku yang ke dua. Sesekali kutemukan jawaban yang entah itu benar atau salah aku berusaha untuk itu.
Tuhan menciptakan makhluk di dunia ini dengan sejuta keindahan. Rasa syukurku selalu kuucapkan kepadamu. Tiada lelah aku mencoba melindungi dan manjaga apa yang kau beri. Yang kelak kemudian akan kujadikan bingakisan tuhan untuk seseorang yang selalu menyejukkan hatiku. Yang tiada henti dia berikan perhatian kecilnya untukku. Yang setiap saat mengingatkankku akan kewajibanku. Yang setiap saat beriku motivasi saat aku mulai melemah. Dan yang sesekali memberikan rasa jengkelku bak sesuatu yang membuatku bersin dengan debu-debu yang masuk ke dalam hidungku.
Bagimanapun orang-orang itu menampakkan senyum manis dihadapanku atau pun senyum-senyum sinis aku tak peduli. Yang aku berharap semoga mereka akan berpikiran sama denganku dengan memberikan senyuman indah dengan ketulusan hati yang jauh dari topeng-topeng sekedar penghias muka. Sesaatnya aku menjumpai siapa saja aku pun berharap mereka berpikiran sama denganku. Sampai pada saat yang tidak aku ketahui saat aku menemui seseorang yang tidak pernah aku ketahui ingin selalu memberikan suatu perhatian kecil, mengingatkan akan kewajibanku, memotivasiku saat aku mulai lemah dan sesekali menjengkelkanku bak sesuatu yang membuatku bersin dengan debu-debu yang masuk ke dalam hidungku aku pun berharap dia berpikiran sama dengaku. Ketika aku tidak pernah menyangaka akankah sampai hadir seseorang yang tersenyum dengan penuh ketulusan hati yang menyejukkanku aku pun berharapa dia berpikiran sama denganku. Dengan kata hati yang disadari merasuk sukma kalbuku yang dalam hatiku ada satu yang begiitu merdu denyuman itu.
Aku membiarakannya seperti air yang mengalir. Biarpun air selalu mengalir dari hulu ke hilir, dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah tapi aku berharap aku akan menjadi pengemudi air itu atau akan aku ingin menjadi air itu agar aku mampu mencapai muara yang akan aku tuju. Dengan aliran air yang tidak seperti air tenjun aku menginginkan aliran air itu aliran yang teratur, terdengar dengan indah, dan menentu yang kelak aliran itu selalu mengalir apa adanya sampai pada muara yang akan dituju. Aliran yang senada seperti nada-nada pengantar tidurku dengan tenang dan nyaman mengantarkankku saat malam mulai sunyi yang akan tetap menemani menuju muara yang jelas samapai aku terbangun dia tetap berada mengiringi. Aliran yang selalu mengiringi sampai ketika ada muara lain yang sesaat itu indah akan tetap memberiakan gemericik suara yang indah dan menengkan jiwa. Aliran yang akan menyapaku dalam pesona dan dalam tatapanmu dengan ucapan selamat datang cinta.
0 comments:
Posting Komentar