Jumat, 23 Juli 2010

Kirimanku yang Terselip

Kegalauan hatiku yang begitu tidak menentu saat ketika aku merasa jauh dengannya membuatku memutuskan untuk mencurahkan perasaan hatiku kepada sahabatku. Perasaan tidak menentu yang aku alami sejak dari malam itu membuat hatiku merasa lelah. Mataku tak mampu terpejam. Tanpa lelah mata ini terus bertahan sampai pada suatu malam yang semakin bertaburkan bintang, tapi ia merasa jemu memandangku dengan matanya yang semakin lelah dan mengantuk berkedip berulang kali padaku. Malam-malam yang semakin larut semakin mengantarkanku pada kelelahan yang memuncak. Mataku terpejam dalam lelahku.

Aku bercerita pada sahabatku yang aku percaya. Sekedar kembali menenangkan hati atas sedikit tanya hatiku yang kian membekas sampai pada saat ini aku pun bercerita. Tulisan demi tulisan atas perwakilan perasaan hati yang kurasakan aku lantunkan dalam suara dering indah itu. Slide demi slide aku layangkan semudah tanpa batas tembok tebal memisahkanku dengannya. Perasaanku dan pikiranku yang masih sedikit tak menentu memudahkan aku untuk menuliskan tulisan demi tulisan perwakilan perasaanku. Sampai pada sesuatu yang menjadi inti rasa ingin tahuku dan ketidakpercayaan tentang perasaan itu aku dengan lembut tetap melantunkan tulisan itu slide demi slide tanpa lelah.

Lanjutan yang akan kembali aku lantunkan terasa terhambat. Aku mencoba kembali melihat kenapa laporan perwakilan atas perasaan itu tak tersampaikan. Aku merasa khawatir ketika sedang asyiknya aku menikmati rasa-rasa seperti ini. Aku menyimpan keasyikkanku dalam benak sejenak dan menyimpan perwakilan kata demi kata yang telah aku rangkai yang akan kulanjutkan nanti.

Merasa sedikit lega dengan rangkain demi rangkaian jiwa yang merasa kembali menjadi diriku yang tak ingin tersakiti aku temukan satu senyum dengan lesung pipit yang mengangkat lebar. Rasa malu tapi aku bersyukur. Dia membalasnya dengan senyuman manis dan meledekku dengan lucu.

0 comments:

Posting Komentar

Recent Posts

Text