Selasa, 07 Desember 2010

Ketika Aku Lapar

Didalam perjalannku kabut-kabut yang menyelimuti pagi rasanya sudah terbasuh oleh kedatangan sang penyinar bumi. Gutasi pada daun-daun sepertinya juga sudah lelah. Toko-toko sepertinya juga sudah mulai di buka. Pedagang-pedagang sudah mulai mondar-mandir saja berjualan di keretaku ini. Membuatku semakin lapar saja. Mungkin sama dengan sajak orang lapar ini jika digambarkan...


Sajak Orang Lapar

kelaparan adalah burung gagak
yang licik dan hitam
jutaan burung gagak
bagai awan yang hitam


o Allah!
burung gagak menakutkan
dan kelaparan adalah burung gagak
selalu menakutkan
kelaparan adalah pemberontakan
adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin


kelaparan adalah batu-batu karang
di bawah wajah laut yang tidur
adalah mata air penipuan
adalah pengkhianatan kehormatan


seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tanah
karena kelaparan
kelaparan adalah iblis
kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran


o Allah!
kelaparan adalah tangan-tangan hitam
yang memasukkan segenggam tawas
ke dalam perut para miskin


o Allah!
kami berlutut
mata kami adalah mata Mu
ini juga mulut Mu
ini juga hati Mu
dan ini juga perut Mu
perut Mu lapar, ya Allah
perut Mu menggenggam tawas
dan pecahan-pecahan gelas kaca


o Allah!
betapa indahnya sepiring nasi panas
semangkuk sop dan segelas kopi hitam


o Allah!
kelaparan adalah burung gagak
jutaan burung gagak
bagai awan yang hitam
menghalang pandangku
ke sorga Mu


oleh W.S. Renda




Padahal Bundaku tinggal satu "ronde" lagi menyelesaikan tugasnya sebelum dia bekerja. Kenapa jadwal kereta tak bisa menungguku barang sebentar sampai ibuku selesai menyajikan pengisi perut pencegahku kelaparan ya??

Sungguh pagi ini aku lapar sekali. Tak tertahankan. Jam digital ini seperti tak pernah berubah. Lokasi tempat dengan tanda-tanda kehidupan yang aku tuju pun tidak lekas. Lamanya tak tertahankan.

Melihat ke arah jendela saja pemandangan yang indah di sawah nan hijau dengan background pegunungan yang asri. Petani di sawah itu sepertinya juga sudah mulai lapar pasti dia sedang menunggu kiriman.

Makan di sawah rasanya nikmat sekali. Mengingatkanku di masa kecilku dulu bersama kakek dan nenekku menanam kedelai di sawah ditemani mbak sepupu yang makan di tumpukan-tumpukan jerami. Ditambah dengan tawa yang menggembirakan dengan kedatangan Donald Duck yang ingin ikut serta bersama kami. Ah itu waktu dulu. Kenangan yang lucu.

Tak sengaja lagi-lagi menoleh ke arah kiri. Pedagang asongan tak letih berjualan. Ah lebih baik aku sabar menunggu saja.

0 comments:

Posting Komentar

Recent Posts

Text