
Karena cinta aku menuliskannya untukmu, mungkin juga untukku sendiri. Sebagai pengingat atau teman merenung. Seperti bunga matahari ditaman-taman yang arahnya selalu mengikuti arah matahari dengan warna kuningnya yang cerah dan yang selalu ikhlas memutar dan menghadapkan wajahnya ke arah matahari sebagai sentral planet raya.
Saat matahari mulai tenggelam, senja datang dan bunga mataharipun merunduk, seolah dia berkata: “kemana matahariku? Aku hilang arah”. Pernahkah kau merasakan suasana senja hari? Saat matahari mulai tenggelam dan langit kemerahan?
Kalau aku, kadang dikala senja datang, ada sebuah kesedihan yang tiba-tiba menyergap, ada suasana sedih, takut, apalagi bila aku masih di perjalanan, menunggu kereta, atau berjalan saat maghrib, belum sampai dirumah ada perasaan yang tidak mengenakkan. Mungkin itulah salah satu ajaran mengapa kita diajarkan oleh Rasulullah untuk berdoa dan banyak berdzikir di sore hari.
Mungkin begitu juga perasaan bunga matahari saat matahari mulai tenggelam hingga sinarnya tak tersisa dan menggantikan siang yang cerah menjadi malam yang gelap gulita. Sahabatku, tidakkah kau tau dan merasakan bahwa bunga matahari itu seperti manusia? Manusia diciptakan untuk mengikuti apa yang diyakininya. Semestinya kita menjadikan Qur’an seperti matahari, dimana disana terkumpul tuntunan, pedoman, dan pancaran kasih sayang Allah. Betapa Allah menurunkan Qur’an seperti matahari yang menerangi bumi. Menjadi petunjuk manusia dalam kehidupannya.
Kitalah bunga-bunga matahari itu yang beredar dan menundukkan diri dibawahnya, yang menjadikan kita terang, hidup, menjadi penuntun agar kita tetap menjadi makhluk terbaik dengan pencapaian kebahagian baik dunia dan akhirat kelak.
Aku ingin sekali kita mengihiasi dunia bersama-sama, mengingatkan saat satu diantara kita mulai lupa dan memberi dorongan untuk tetap bertahan sehingga kita akan tetap kokoh dan teguh bak pohon yang mampu menegakkan dirinya meski badai topan, angin kencang, dan kerlipan kilat keras menyambar. Menjadi orang-orang yang mengagumkan tanpa harus mengagumi diri sendiri. Kita akan mulia tanpa harus mendapik diri sebagai orang yang mulia. Seperti manusia yang mengagumi bunga matahari, satu bunga dari taman bumi.
0 comments:
Posting Komentar