Rabu, 27 Oktober 2010

Menjadi Baik dari Rusak

|0 comments
Menjalani hidup dengan berbagai kehidupan menjadi jalannya setiap manusia. Menjalani hidup yang ideal adalah hakekat hidup setiap manusia. Sama seperti halnya manusia belajar menulis. Sejak berada di dalam kandungan hingga terlahir menjadi bayi mungil yang selalu membuat senyuman-senyum gemas disekililingnya. Dioper kesana-kemari yang membuatnya risih, bingung hingga kemudian menangis dan sejenak berhenti dipelukan hangat sang Bunda. Hingga sampai bayi itu mendengar kata-kata yang kemudian menjadi terbiasa. Dia merekam yang kemudian kemampuannya bertambah hingga ia mampu berbicara. Sampai dengan umur 5 tahun orang tuanya memberikan pendidikan memulai dari taman kanak-kanak atau play group dengan suasana bermain diajarkannya oleh guru sebagai tenaga pendidik yang membuatnya berada satu tingkat perkembangan kemampuannya yaitu membaca.


Satu huruf, dua huruf pada tahapan itu mampu dikenalnya alfabet A-Z. Jumlahnya memang banyak. Jari tangan dan kaki pun masih belum cukup untuk menghitungnya. Meskipun demikian anak-anak itu adalah anak-anak yang cerdas dan ceria.


Suasana belajarnya yang dengan terbiasa sedikit demi sedikit, perlahan, bertahap, bergilir membuatnya mengenal. Senyuman dan kehangatan kehadiran teman-teman kelasnya dalam suasana yang riang membuatnya menjadi anak unik dan pribadi yang unik antara yang satu dengan yang lain.


Sampai pada tingkatan umur 6-11 tahun mereka memasuki pendidikan di Sekolah Dasar. Dengan sedikit perbedaan karakteristik sifat dan pemikirannya pun akan dirancang program pembelajaran bagi kelas rendah dan tinggi, dimaksudkan mereka akan memahami sesuai dengan tahap perkembangannya.


Selama 6 tahun pendidikan Sekolah Dasar pun terlewatkan. Pendidikan sekolah di Sekolah Menengah Pertama mungkin pasti akan diraih. Mengingat batas minimum pendidikan di Indonesia wajib belajar 9 tahun.


Kemampuannya pasti bertambah. Diajarkannya sedikit tentang aturan-aturan penulisan yang terkadang masih terasa asing dan lucu untuk diucapkan. Sampai pada tingkatan Sekolah Menengah Atas aku yakin mereka semakin mahir. Pendidikan di Perguruan Tinggi akan membuatnya belajar tentang tulisan-tulisan yang bersifat kaku. Kemudian mereka akan menyadari bahwa mereka mampu menulis.


Begitu seperti hakekat ideal suatu kehidupan. Untuk menjadi sesuatu yang baik tidak selalu dari sesuatu yang tidak baik. Mungkin akan terasa dan terlihat mencolok. Dari kebiasaan, pola hidup, pemikiran, sampai dengan perasaan dengan dimilikinya hati pada setiap manusia. Kemampuannya mengfilter mana yang baik dan buruk. Membedakan sampai tingkat tertinggi mana yang harus "aku" lakukan dan mana yang harus "aku" tinggalkan.


Menjadikan sekeliling kita sebagai tempat belajar dengan memegang teguh hakikat hidup ideal, berprinsip yang kemuadian takkan membuatmu goyah meski goncangan itu menyakitkan.


Tak perlu menjadi sesuatu yang fanatik terhadap sesuatu. Menjadi diri sendiri akan menjadikan hidup ringan tanpa tekanan. Abaikan saja setiap perkataan sirik yang tidak sesuai dengan kemampuan hatimu menyaring. Anggap saja itu celoteh orang gila yang tak berakal.


Ketika "aku" yakin maka lakukan. Dengan tentram dan tenang, senyum itu pasti datang dengan alami. Menjadikanmu lebih bermanfaat untuk orang lain akan lebih membuatmu bagai seekor bunga dan kupu-kupu. Tetap menjadi cantik dan terbang bebas, dan tak merugikan sekeliling. Menjadi pelengkap keseimbangan alam, taman-taman kota ditengah sesaknya jalan dan polusi yang bertebaran.

Minggu, 24 Oktober 2010

Terima Kasih Sahabatku

|0 comments
Sangat sulit mencari sesuatu yang bernama SAHABAT karena itu bagi siapapun yang sudah menemukan sesuatu yang bernama Sahabat harap jagalah hubungan itu, rekatkan ikatannya jangan sampai terputus tali ikatannya sungguh bersyukur mereka yang telah menemukan sesuatu yang bernama SAHABAT.

Wahai Sahabat tetaplah menjadi sahabatku, yang senantiasa menasehatiku, yang senantiasa merelakan waktumu untuk mendengarkan keluh kesahku, yang senantiasa memberiku semangat, yang senantiasa mensupportku untuk selalu maju menjadi yang terbaik, yang senantiasa mengingatkanku disaat aku lalai.

Wahai Sahabat terima kasih atas segala kebaikan akhlaqmu, terima kasih atas segala nasihat-nasihatmu, terima kasih atas segala semangat dan dukungan yang senantiasa kau berikan kepadaku, terima kasih atas segala peringatanmu, terima kasih atas segala waktumu, terima kasih karena telah mau menjadikan diri ini sebagai sahabatmu, terima kasih atas segala yang kau berikan untukku, terima kasih untukmu sahabat.

Wahai sahabat kutahu banyak kesalahan yang tanpa kusadari dan tanpa kusengaja telah kulakukan dan kutahu pula banyak kekeliruan yang tanpa sadar telah terlontar dari lisanku yang mungkin tanpa kutahu telah menyinggung dan menyakiti perasaanmu, sahabat kuharap maafmu atas segala kesalahan dan kekeliruan yang telah kuperbuat. Maafkanku Sahabat.........

Ya Allah jagalah sahabatku, lindungilah ia dengan perlindunganMu, kuatkanlah pancang kakinya agar selalu teguh berada dijalanMu, kuatkanlah jasadnya dengan segala anugerahMu, kuatkan ruhnya dengan ruhMu, buat ia tersenyum, semangat dan istiqamah dijalanMu, ya Allah izinkanlah kami kelak bisa bertemu di surgaMu. Amiin



Persahabatan...Bukan sesuatu yang anda pelajari disekolah. Tetapi jika anda tidak mempelajari arti persahabatan, anda benar-benar tidak belajar apapun.
Tetapi persahabatan sangat berharga, tidak hanya dalam perbedaan, tetapi dalam kegembiraan kehidupan dan terima kasih kepada yang menolong urusan yang lebih besar adalah bagian dari kehidupan yang terang benderang.
Saya tidak membutuhkan teman yang berubah ketika saya berubah dan orang yang mengangguk ketika saya mengangguk; bayanganku bisa berbuat lebih baik.

By si Gonjreng (Nimas Rahmawati) pada 23 Oktober 2010 jam 2:28

Jumat, 15 Oktober 2010

Tak Mampu Aku Membedakannya

|0 comments
Malam yang semakin dingin membuatku merasa sakit. Dingin ini menusuk-nusuk tulangku. sampai aku tak tahu bagaimana cara menghangatkannya, membuat tubuhku terasa tak menggigil dan bolak-balik ke kamar kecil di pojok kontrakanku. Sambil aku menangis dan sedikit mengomel dalam hatiku. Aku tak mampu membedakan mana yang wajar dan tidak tabu dalam hubungan. Aku menangisi entah yang menjadi kebodohanku atau entah yang menjadi dunia lain dalam kehidupanku.



sungguh aku tak mengerti. Tuhan yang menciptakan aku menjadi sesorang yang terlalu melankolis membuatku terkadang menjadi seseorang yang tak kuat dan rapuh. Hanya bisa menagis dan meneteskan air mata dan memikirkan sampai aku lelah.


Aku pikir aku tidak salah, tidak bodoh juga dan "itu" mungkin memang menjadi dunia yang lain. Sunggguh aku tak ikhlas menulis kata-kata ini seraya aku membayangkan duniaku yang lain ini jika menjadi duniaku yang sesungguhnya. Ingin menangis,dan tak tahan, tak sampai hati untuk aku kembali menigingatnya dalam memoriku.


Aku tak ingin mengenalnya. Dan aku takkan mencoba dunia lain itu yang mulai mencoba menggerogoti nafsuku untuk mencoba dan mencoba. Semoga ini akan menjadi prinsipku yang mampu untuk aku pegang dengan teguh. Dengan keberadaan-Mu yang tak pernah lelah semoga selalu Kau melindungiku di setiap saat dan setiap waktu, bahkan sampai pada saat aku hancur dan terjatuh. Tunjukkan aku di setiap jalan lurus-Mu sesungguhnya aku hanya menginginkan kepastian tanpa melanggar kewajibanku.



Hingga kemudian aku teringat kembali, terbayangkan pula dengan kisah sahabaktu yang tidak pernah aku sangaka akan sampai sejauh itu. Aku pun kembali meneteskan tetes demi tetesan air mataku. Dengan ketulusan hati yang talah menganggapnya seperti menjadi diriku sendiri, bagian dalam hidupku, aku menjadi hancur bersama bayangan itu. Kemudian terpecah bagai kepingan kaca-kaca bening tanpa dosa yang berasal dari satu kaca yang utuh berubah menjadi kepingan-kepingan bahkan remukan-remukan kaca-kaca bening yang kemudian tak berguna. Menjadikannya seolah sia-sia saja kaca itu dibuat.


Aku melegakannya dan memutuskan menghentikan tangisanku dan kemudian kembali tersenyum untuk sedikit membanggakan diriku sendiri. Aku bersyukur Tuhan menitipkanku kepada kedua orang tua-ku yang sangat menyayangi dan mencintaiku tanpa menuntut balas sedikit pun, tanpa aku meminta balasan akan kasih sayangnya yang tulus pun dia telah memberikanku semua itu dengan lebih. Kasih sayangnya takan pernah menandingi dengan kasih sayang orang lain disekitarku.

Kamis, 07 Oktober 2010

Akhirnya Aku Memberanikan Diri

|0 comments
Dengan mengumpulkan tenagaku lekas seminggu aku hanya bisa berbaring lemas aku bergegas melaksanakan rencanaku. Rencanaku yang telah aku atur di minggu lalu yang kini semakin membuatku terbawa suasana yang semakin dalam membuatku pun menjadi semakin bingung. Membutuhkan strategi baru dengan susunan yang baru pula. Semoga dengan kekuatan baru pikirku dalam hati yang seolah-olah tegar. Meskipun sudah memberanikan diri tapi menangis juga. Mungkin sudah takdirnya wanita hobi menangis.



Setelah salat maghrib aku berangkat menemuinya. Perlu menempuh satu jam dengan mtor kecepatan 70 km/jam aku sampai di tempat kosnya. Memberanikan diri sendiri tanpa merepotkan orang lain. Berharap pertama kaliku disana dengan perjuangan ini dia mampu berpikir jernih dengan memberikan tanggapan cerita-ceritaku.

Recent Posts

Text