Kamis, 21 April 2011

Kisah-Kasih, Kartini-Kartono di Kuliah

|0 comments
Hari karini yang biasa diperingati 21 April kali ini tampaknya berbeda jauh sekali dengan peringatan-peringatan yang kutemui di tahun-tahun sebelumnya. Wanita seolah mulai bangkit dari keterpurukan pada jamannya Indonesia belum merdeka dan sempitnya ruang gerak Kartini Indonesia. Semangat pergerakan kartini seperti tercermin hari ini menjadi suatu kesatuan yang keberadaannya mulai diperhatikan dan dipandang dengan baik.

Pada masanya dulu wanita begitu dibedakan. Anggapan eksistensi laki-laki yang kuat, penuh dengan kemampuan dari segala bidang memberikan keterbatasan wanita menjadi sempit. Tetapi ternyata di jaman sekarang kita sudah mampu melihat kemampuan-kemampuan wanita yang tidak begitu jauh bahkan ada yang mampu diatasnya. Prediktor yang mengaitkan perbedaan jenis kelamin tidaklah tepat. Dengan dimulainya Kartini tentang rasa peduli terhadap emansipasi wanita ternyata dapat dibuktikan dari segi prestasi yang baik dan sifat-sifat yan mencerminkan sifat bangsa Indonesia.

Peringatan hari Kartini ini berasa berkesan. Mahasiswa memakai sarung sebagai penganti kebaya yang memudahkan mereka yang perjalanan jauh mengandarai sepeda motor. Diiringi lagu Indonesia Raya, Himne Guru, Ibu kita Kartini, dan dilengkapi dengan pemulihan Karini-Kartono dengan masing-masing pendapat mereka tentang Kartini, dan tipe Laki-laki ideal dari Kartini-kartini di kelasku. Pemilihan itu serasa menjadi acara yang konyol tapi justru terlihat kekompakan mahasiswa. Hari Kartini yang mengesankan bersama teman - teman dan ketua jurusan.

Selasa, 19 April 2011

Angin yang Menerbangkan

|0 comments
Demi angin yang menerbangkan debu dengan sekuat-kuatnya
dan awan yang mengandung hujan
dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah
dan malaikat-malikat yang membagi-bagi urusan
sesuggunya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar
. . .
Demi langit yang mempunyai jalan-jalan
. . .
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuatan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluskannya
Dan Kami hamparkan, maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami)
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah

Senin, 18 April 2011

Adinda

|0 comments
Ibu, panggilan seorang suami kepada istrinya tidak sedikit aku temukan di dalam kehidupan keluarga. Mereka yang baru saja melangsungkan pernikahan, atau pun mereka yang sudah bertahun-tahun menjalin kehidupan keluarga. Panggilan lain serupa seperti "mamah", "bunda", "mamih", "mom" sama saja. Mereka tidak lain adalah wanita yang melahirkan anak.

Kelangsungan kehidupan keluarga untuk menjaga keharmonisan sepatutnya dijalankan. Selain itu, impian membangun kehidupan keluarga yang harmonis itu menjadi impian banyak orang. Remaja yang mulai beranjak dewasa dan mulai berangan tentang kehidupan keluarganya kelak pastinya memimpikan hal yang serupa. Remaja-remaja yang beranjak dewasa sesekali akan berbagi cerita yang membuatnya merasa lucu. Celoteh tentang pangerannya kelak. Entah dengan remaja yang beranjak dewasa bagi para ikhwan. Mungkin sama atau tidak berbeda. Aku rasa sesekali pasti mereka sempat memikirkan angan-angan yang sama. Aku menjadi ingat ketika sahabatku pernah bercerita dengan mimpinya menikah dengan seorang gadis cantik. Berarti ini pasti ada kesamaan.

Disamping angan-angan si remaja-remaja yang beranjak dewasa. Wanita-wanita lain yang telah menjalani kehidupan keluarga selama bertahun-tahun pasti mendambakan hal itu. Buktinya saja untuk mewujudkakn misinya mereka memberikan contoh baik kepada anaknya tentang panggilan "ibu" dari sang suami kepada istrinya di depan anak-anaknya. Begitu juga sebaliknya. Bukankah itu juga wujud keharmonisan dan salah satu trik untuk menjadikan keluarga yang harmonis, jadi pasti terasa manis di dengar.

Tapi bagaimana dengan Zhihar ?? aku membacanya di pagi ini "Orang-orang yang menzhihar isterinya diantara kamu (menganggap isterinya sebagai ibu, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun" (Al- Mujjadilah). Meski aku memandangnya tergantung dari niatan hati setiap orang, dan tidak menganggapnya sebagai suatu pengandaian dan angan-angan semata aku ingin kelak dia memanggilku "Adinda" ^^.

Minggu, 10 April 2011

What Wrong with Me ??

|0 comments

Hai Kamu,,pernahkan merasakan kejahatan ??? ah bukan itu yang aku maksud, terlalu seolah suatu kekerasan yang sadis. Mungkin lebih baiknya pernahkan kamu meras sakit hati ??? ups lebih-lebih ini juga sepertinya masih kurang tepat. Jadi mungkin begini saja, pernahkan kamu merasa kesal ?, dongkol ?, dan benar-benar ingin marah ?. Mengesalkan sekali !, sangat mengesalkan ketika perlakuan kita tak ada yang salah tapi sesorang di sana aneh sekali dengan tingkahnya dan membuat jengkel sendiri yang tiba-tiba menjadi korban. Tahukah kamu bahwa marah itu membuat kita lelah dan tidak ada manfaatnya. Begitu banyak saluran syaraf yang bekerja ketika kita marah. Jadi sebenarnya buat apa marah-marah tanpa sebab ? Belum lagi si korban penyeban kemarahan, kasihan sekali dia, tidak tahu apa-apa malah kena semprot.


Kemarahan tidak akan menyelesaikan masalah. Bagaimana dengan pendapatmu ? karena marah membuat mood jadi tidak baik, malas bekerja, otak sulit berpikir apalagi untuk menyelesaikan masalah.Selain hati ini menjadi berat dan gelisah, masalah itu sendiri pun tidak juga ditemukan titik terangnya. Rugi bukan main kan teman ... ?


Dan tidaklah sama antara kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah menjadi teman yang setia. Jadi bagaimana pun dan seperti apapun kemarahan, ketidaksenangan apa yang kamu rasakan dari orang lain saat kamu merasa benar-benar tidak ada kesalahan kepadanya tidaklah perlu kamu membalasnya sama. Karena bagi kamu yang membalasnya dengan hal baik sesungguhnya itu adalah untuk dirimu sendiri, dan bagi kamu yang membalasnya dengan kejahatan maka akan menimpa dirinya sendiri dan hanya kepada Tuhan-lah kita kembali.


Jadikan semua itu seperti harmoni yang selaras dan seimbang, yang melengkapi dari lawan sesuatu dari sesuatu yang ada. Kebencian dan kemarahan-memafkan keduanya menjadi hal yang melengkapai. Seperti halnya Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya, dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya begitulah ketentuan yangg maha perkasa lagi maha mengetahui.

Jumat, 08 April 2011

Teori Belajar Dienes Pembelajaran Matematika Kelas Lanjut

|0 comments

PENDAHULUAN

Mata Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif (Sutawijaya, 1997 : 176). Matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, (Hudoyo, 1990:3). Sebagai guru matematika dalam menanamkan pemahaman seseorang belajar matematika utamanya bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-konsep dan pengetahuan prosedural.

Salah satu untuk dapat memahami konsep-konsep dan prosedural, guru perlu mengetahui berbagai teori belajar matematika, unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksanaan kegiatan belajar, dan matematika sekolah sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran.

Untuk mengawali penyampaian materi yang abstrak melalui konkret itu dapat berpedoman pada teori belajar Dienes. Pada teori belajar Dienes, ditekankan pembentukan konsep-konsep melalui permainan yang mengarah pada pembentukan konsep yang abstrak. Teori belajar Dienes ini sangat terkait dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Piaget, yaitu mengenai teori perkembangan intelektual. Jean Piaget berpendapat proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkret ke abstrak berurutan melalui empat periode. Urutan periode itu tetap bagi setiap orang, namun usia atau kronologis pada setiap orang yang memasuki setiap periode berpikir yang lebih tinggi berbeda-beda tergantung kepada masing-masing individu. Dengan demikian teori belajar Dienes sangatlah cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika.


PEMBAHASAN


A. TINJAUAN SINGKAT TEORI BELAJAR DIENES

Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap siswa-siswa. Dasar teorinya bertumpu pada Piaget, dan pengembangannya diorientasikan kepada siswa-siswa, sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi siswa yang mempelajarinya.

Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisahkan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan-hubungan di antara sruktur-struktur. Seperti halnya dengan Bruner, Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa jika benda-benda atau objek-objek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pelajaran matematika.

Yang dimaksud Dienes dengan konsep adalah stuktur matematika yang terdiri dari 3 macam konsep, yaitu konsep murni matematika (pare matematical concepts), konsep notasi (notation concepts), konsep murni matematika berkenaan dengan mengelompokan bilangan dan hubungan antara bilangan antara bilangan tanpa mempertimbangkan bagaimana bilangan itu disajikan, sedangkan konsep terapan adalah aplikasi konsep murni dan konsep notasi dalam pemecahan soal-soal matematika dan dalam bidang studi lain yang berhubungan.

Dienes juga percaya bahwa semua abstraksi yang berdasarkan pada situasi dan pengamatan konkret, prinsip penjelmaan bentuk (multiple embodiment principle) adalah suatu prinsip yang bila diterapkan oleh guru untuk setiap konsep yang diajarkan akan menyempurnakan penghayatan siswa terhadap konsep itu. Ada beberapa alasan mengapa untuk memahami suatu amanat perlu diberikan beranekaragam materi konkret sebagai model (representatif) konkret dari konsep itu.


1. Dengan melihat berbagai contoh siswa akan memperoleh penghayatan lebih benar. Misalnya ketika guru ingin mengajarkan konsep persegi, maka guru disarankan untuk menyajikan beberapa gambar persegi dengan ukuran sisi berlainan. Contoh lain ketika guru ingin mengajarkan siswa tentang konsep bilangan tiga kepada siswa, guru disaranakan menggunakan tiga mangga, tiga kelereng, tiga pensil, atau tiga benda konkrit lainnya. Contoh pada konsep lain misalnya ketika guru ingin mengajarkan siswa lebih memahami arti burung, dapat disajikan dengan berbagai macam burung. Siswa akan bertanya-tanya apakah kasuari itu burung? Apabila sehari-hari ia hanya mengenal burung perkutut yang ada di rumahnya, tentu pertanyaan tersebut akan muncul. Begitu pula ia akan lebih baik memahami konsep segitiga bila representatif segitiga itu ditunjukkan dengan gambar segitiga bidangyang mencakup beranekaragam jenis segitiga (segitiga lancip, tumpul, siku-siku, sama kaki, sama sisi, dan sembarang) tidak hanya satu macam saja.


2. Dengan banyaknya contoh ia akan lebih banyak menerapkan konsep itu kedalam situasi yang lain. Misalnya anak yang dalam belajar menentukkan luas suatu bidang akan dapat menerapkan konsep tersebut untuk mencari luas suatu lapangan.

Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting sebab operasi matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara konkret dan lebih membimbing dan lebih menajamkan pengertian matematika pada anak didik. Dapat dikatakan bahwa objek-objek konkret dalam bentuk permainan mempunyai peranan sangat penting dalam pembelajaran matematika jika dimanipulasi dengan baik. Menurut Dienes (dalam Ruseffendi, 1992:125-127), konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu, Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi beberapa tahap yaitu:


1. Permainan Bebas (Free Play)

Dalam setiap belajar, tahap yang paling awal dari pengembangan konsep berawal dari permainan bebas. Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktifitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan yang memungkinkan peserta didik mengadakan eksperimen dan memanipulasi benda-benda konkret maupun abstrak dari unsur-unsur konsep yang dipelajari itu. Tahap ini merupakan tahap yang penting sebab pengalaman yang pertama bagi peserta didik dalam berhadapan dengan konsep baru melalui interaksi dengan lingkungan yang mengandung representatif konkret dari konsep itu. Anak didik diberi kebebasan untuk mengatur benda. Selama permainan pengetahuan anak muncul. Dalam tahap ini anak mulai membentuk struktur mental dan struktur sikap dalam mempersiapkan diri untuk memahami konsep yang sedang dipelajari.

Misalnya dengan diberi permainan block logic, anak didik mulai mempelajari konsep-konsep abstrak tentang warna, tebal tipisnya benda yang merupakan ciri/sifat dari benda yang dimanipulasi.


2. Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)

Tahap ini merupakan tahap belajar konsep setelah didalam periode tertentu permainan bebas terlaksana. Dalam permainan yang disertai aturan, siswa sudah mulai meneliti pola-pola keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Anak didik mulai memperhatikan aturan-aturan tertentu yang terdapat dalam konsep (peristiwa-peristiwa) yang ada kalanya aturan-aturan itu berlaku untuk suatu konsep, namun tidak berlaku untuk konsep lain. Setelah anak didik itu mendapatkan aturan-aturan yang ditentukkan dalam konsep itu, anak didik siap untuk memainkan permainan itu. Mereka juga mengubah aturan-aturan yang dibuat pengajar dan membuat permainan sendiri. Dengan bermain anak didik mulai menganalisis struktur matematika. Menurut Dienes, untuk membuat konsep abstrak, anak didik memerlukan suatu kegiatan untuk mengumpulkan bermacam-macam pengalaman, dan kegiatan untuk yang tidak relevan dengan pengalaman itu.

Contoh dengan permainan block logic, anak diberi kegiatan untuk membentuk kelompok bangun yang tipis, atau yang berwarna merah, kemudian membentuk kelompok benda berbentuk segitiga, atau yang tebal, dan sebagainya. Dalam membentuk kelompok bangun yang tipis, atau yang merah, timbul pengalaman terhadap konsep tipis dan merah, serta timbul penolakan terhadap bangun yang tipis (tebal), atau tidak merah (biru, hijau, kuning).


3. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)

Tahap ini berlangsung setelah memainkan permainan yang disertai aturan yang telah disebutkan tadi. Dalam melaksanakan permainan tahap kedua tadi (permainan yang menggunakan aturan), mungkin anak didik belum menemukan struktur yang menunjukkan sifat-sifat kesamaan yang terdapat didalam permainan-permainan yang dimainkan itu. Dalam mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk melatih dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru perlumengarahkan mereka dengan menstraslasikan kesamaan struktur dari bentuk permainan lain. Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang ada dalam permainan semula.

Contoh kegiatan yang diberikan dengan permainan block logic, anak dihadapkan pada kelompok persegi dan persegi panjang yang tebal, anak diminta mengidentifikasi sifat-sifat yang sama dari benda-benda dalam kelompok tersebut (anggota kelompok).


4. Permainan Representasi (Representation)

Representasi adalah tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi yang sejenis. Para siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu. Setelah mereka berhasil menyimpulkan kesamaan sifat yang terdapat dalam situasi-situasi yang dihadapinya itu. Representasi yang diperoleh ini bersifat abstrak, dengan demikian telah mengarah pada pengertian struktur matematika yang sifatnya abstrak yang terdapat dalam konsep yang sedang dipelajari.

Contoh kegiatan anak untuk menemukan banyaknya diagonal poligon (misal segi dua puluh tiga) dengan pendekatan induktif seperti berikut ini.

Segitiga Segiempat Segilima Segienam Segiduapuluhtiga

0 diagonal 2 diagonal 5 diagonal ... diagonal ... diagonal


5. Permainan dengan simbolisasi (Symboloization)

Simbolisasi termasuk tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep dengan menggunakan simbol matematika atau melalui perumusan verbal. Kalau perlu, pengajar dapat mengarahkan anak didiknya dalam memilih simbol yang cocok. Misalnya dari suatu permainan dapat dinyatakan (secara verbal) bahwa hasil kali dua bilangan negatif adalah bilangan positif.

Sebagai contoh, dari kegiatan mencari banyaknya diagonal dengan pendekatan induktif tersebut, kegiatan berikutnya menentukan rumus banyaknya diagonal suatu poligon yang digeneralisasikan dari pola yang didapat anak.


6. Formalisasi (Formalization)

Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir. Dalam tahap ini siswa-siswa dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut, sebagai contoh siswa yang telah mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan teorema dalam arti membuktikan teorema tersebut.

Contohnya, anak didik telah mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan suatu teorema berdasarkan aksioma, dalam arti membuktikan teorema tersebut.

Pada tahap formalisasi anak tidak hanya mampu merumuskan teorema serta membuktikannya secara deduktif, tetapi mereka sudah mempunyai pengetahuan tentang sistem yang berlaku dari pemahaman konsep-konsep yang terlibat satu sama lainnya. Misalnya bilangan bulat dengan operasi penjumlahan peserta sifat-sifat tertutup, komutatif, asosiatif, adanya elemen identitas, dan mempunyai elemen invers, membentuk sebuah sistem matematika. Dienes menyatakan bahwa proses pemahaman (abstraction) berlangsung selama belajar. Untuk pengajaran konsep matematika yang lebih sulit perlu dikembangkan materi matematika secara kongkret agar konsep matematika dapat dipahami dengan tepat.

Berhubungan dengan tahap belajar, suatu anak didik dihadapkan pada permainan yang terkontrol dengan berbagai sajian. Kegiatan ini menggunakan kesempatan untuk membantu anak didik menemukan cara-cara dan juga untuk mendiskusikan temuan-temuannya.

Dienes (dalam Resnick, 1981: 120) menyatakan bahwa proses pemahaman (abstraction) berlangsung selama belajar. Untuk pengajaran konsep matematika yang lebih sulit perlu dikembangkan materi matematika secara konkret agar konsep matematika dapat dipahami dengan tepat. Dienes berpendapat bahwa materi harus dinyatakan dalam berbagai penyajian (multiple embodiment), sehingga anak-anak dapat bermain dengan bermacam-macam material yang dapat mengembangkan minat anak didik. Berbagai macam penyajian materi (multiple embodiment) dapat mempermudah proses pengklasifikasian abstraksi konsep.

Menurut Dienes, variasi sajian hendaknya tampak berbeda antara satu dan lainnya sesuai dengan prinsip variabilitas perseptual (perseptual variability), sehingga anak didik dapat melihat struktur dari bebagai pandangan yang berbeda-beda dan memperkaya imajinasinya terhadap setiap konsep matematika yang disajikan. Dengan demikian, semakin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam konsep tertentu, semakin jelas bagi anak dalam memahami konsep tersebut.

Langkah selanjutnya, menurut Dienes, adalah memotivasi anak didik untuk mengabstraksikan pelajaran tanda material konkret dengan gambar yang sederhana, grafik, peta dan akhirnya memadukan simbol-simbol dengan konsep tersebut. Langkah-langkah ini merupakan suatu cara untuk memberi kesempatan kepada anak didik ikut berpartisipasi dalam proses penemuan dan formalisasi melalui percobaan matematika. Anak didik pada masa ini bermain dengan simbol dan aturan dengan bentuk-bentuk konkret dan mereka memanipulasi untuk mengatur serta mengelompokkan aturan-aturan. Masa ini anak didik menggunakan simbol-simbol sebagai objek manipulasi dan mengarah kepada struktur pemikiran-pemikiran matematika yang lebih tinggi. Anak harus mampu mengubah fase manipulasi konkret, agar pada suatu waktu simbol tetap terkait dengan pengalaman konkretnya.


B. APLIKASI TEORI BELAJAR ZOLTAN P. DIENES

1. Hukum Kekekalan Bilangan (6-7th)

“Banyak benda akan tetap meskipun letaknya berbeda-beda”.

  1. Hukum Kekekalan Materi (7-8th)

“banyak pasir/air tetap walau dipindahkan ke tempat/wadah yang lain”.

contoh: peristiwa bejana di isi pasir/air

  1. Hukum Kekekalan Panjang (8-9th)

contoh: dua tali yang sama panjang

  1. Kekekalan Luas (8-9th)

“luas daerah yang ditutupi suatu benda akan tetap sama meskipun letak bendanya diubah”

  1. Hukum Kekekalan Berat (9-10th)

“berat benda akan tetap meskipun bentuk, tempat dan alat timbangan benda tersebut berbeda-beda”

  1. Hukum Kekekalan Isi (14-15th)

“suatu bak yang berisi penuh air dimasukkan suatu benda, maka air yang ditumpakah sama dengan isi benda yang dimasukkannya.


C. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI ZOLTAN P. DIENES

  1. Kelebihan teori belajar Dienes

a. Dengan menggunakan benda-benda konkret, siswa dapat lebih memahami konsep dengan benar.

b. Susunan belajar akan lebih hidup, menyenangkan, dan tidak membosankan.

c. Dominasi guru berkurang dan siswa lebih aktif.

d. Konsep yang lebih dipahami dapat lebih mengakar karena siswa membuktikannya sendiri.

e. Dengan banyaknya contoh dengan melakukan permainan siswa dapat menerapkan kedalam situasi yang lain.


  1. Kelemahan teori belajar Dienes

a. Tidak semua materi dapat menggunakan teori belajar Dienes, karena teori ini lebih mengarah kepermainan.

b. Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama.

c. Bila pengajar tidak memiliki kemampuan mengarahkan siswa maka siswa cenderung hanya bermain tanpa berusaha memahami konsep.


Sabtu, 02 April 2011

Women

|0 comments
Pakar pemasaran Hermawan Kartajaya menyebutkan perempuan sebagai "WOMEN", yaitu wellbeing, optimis, multitasking, entreprenuer, dan networker. Menjadi "WOMEN" membuat perempuan mampu menjalani berbagai peran dari berbagai siklus kehidupannya. Lima kekuatan ini (WOMEN) didapat dalam diri setiap perempuan dalam berbagai siklus yang berbeda.


Women manjadi pejuang kehidupan dari segala situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Dari awal remaja, berpetualan, menjacari kebahagian sejati dan beradaptasi dengan kehidupan keluarga dan tetep bertahan dengan kondisi sekitar yang terkadang tidak ingin dihadapi meski terkadang harus meneteskan air mata. Yakinlah bahwa women telah terbukti sebagai perempuan tangguh dalam manjalani setiap perannya. Semangat untuk kamu-kamu perempuan yang tangguh.

Materi Ajar Bahasa Indonesia SD

|0 comments
A. Pengertian Materi Ajar

Materi ajar adalah segala bentuk materi yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Materi yang dimaksud bisa berupa materi tertulis, maupun materi tidak tertulis.
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.

Bahan ajar adalah materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar (Depdiknas, 2003). Materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan harus dipelajari oleh siswa untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Selain itu, materi ajar merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan materi ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Materi ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.


B. Jenis – jenis Materi Ajar


Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan dan sikap atau nilai.

1. Fakta
Menyebutkan kapan, berapa, nama dan dimana.

2. Konsep
Defenisi, identifikasi, klasifikasi, ciri-ciri khusus.
Contoh : tuliskan rumus pythagoras!

3. Prinsip
Penerapan, dalil, hukum, atau rumus. ( Jika...maka...).
Contoh :
Luas persegi panjang adalah p x l
Jika kita rajin berolahraga maka tubuh kita akan menjadi sehat.

4. Prosedur
Bagan arus atau bagan alur (flowchart), algoritma, langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut.

Contoh:
Langkah-langkah membuat karangan
a. Menentukan tema
b. Menentukan ide pokok setiap paragraf
c. Mengembangkann ide pokok setiap paragraf
d. Menentukan judul karangan


C. Materi Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 - 6

a. Materi Ajar Kelas 1

1. Perkenalan
2. Menjiplak dan menebalkan
3. Suku kata dan kata
4. Bunyi bahasa
5. Kalimat sederhana
6. Huruf, kata, dan kalimat sederhana
7. Kalimat sapaan
8. Cerita
9. Anggota tubuh
10. Petunjuk sederhana
11. Kalimat
12. Bacaan/wacana
13. Puisi
14. Ciri benda
15. Percakapan
16. Deskripsi benda
17. Dongeng
18. Huruf dan puisi anak

b. Kelas 2

1. Teks pendek
2. Kalimat tanya
3. Cerita rumpang
4. Puisi anak
5. Kegiatan sehari-hari
6. Huruf tegak bersambung
7. Huruf kapital
8. Penggunaan tanda titik
9. Bacaan atau teks pendek
10. Tand titik (.) dalam penulisan angka jam
11. Teks pendek ke kebun binatang
12. Ciri-ciri tumbuhan
13. Pesan pendek
14. Dongeng
15. Ciri-ciri hewan
16. Membaca dalam hati agak panjang
17. Deskripsi binatang
18. Membaca nyaring teks 15-20 kata
19. Ciri-ciri hewan dan tumbuhan

c. Kelas 3

1. Bacaan untuk di baca dengan lafal dan intonasi yang tepat
2. Penyampaian tanggapan terhadap suatu masalah
3. Pemberian saran terhadap suatu masalah
4. Karakteristik tokoh cerita
5. Kritikan isi cerita
6. Kalimat-kalimat puisi
7. Kata-kata sulit dalam bacaan
8. Penjelasan petunjuk penggunaan suatu alat ukur
9. Penyusunan paragraf
10. Simpulan isi bacaan
11. Penjelasan atau petunjuk melakukan sesuatu
12. Perubahan puisi ke dalam bentuk prosa
13. Demonstrasi penggunaan alat sesuai dengan petunjuk
14. Mendengarkan drama
15. Ekspresi pemain drama
16. Membaca intensif
17. Menjelaskan kata-kata sukar
18. Menulis karangan sederhana
19. Menulis puisi
20. Membaca puisi
21. Bercerita tentang peristiwa yang dialami
22. Cerita pengalaman teman
23. Bertanya dan berdiskusi tentang pengalaman teman
24. Menirukan dialog
25. Intonasi dialog
26. Dialog melaui telepon
27. Pertanyaan bacaan dengan kata tanya apa, siapa, di mana dan bagaimana
28. Bercerita tentang pengalaman yang berkesan
29. Tanggapan cerita teman

d. Kelas 4

1. Petunjuk penggunaan denah atau gambar
2. Simbol daerah atau lambang korps
3. Denah atau gambar
4. Petunjuk penggunaan suatu alat
5. Pikiran, pokok suatu teks/wacana/paragraf
6. Petunjuk pemakaian
7. Pengumuman
8. Pantun
9. Berbalas pantun
10. Tata cara bertelepon percakapan dalam telepon
11. Kalimat utama dan kalimat penjelas
12. Pantun anak
13. Karangan tentang berbagai topik sederhana
14. Ejaan yang disempurnakan

e. Kelas 5

1. Tanggapan penjelasan narasumber
2. Unsur-unsur cerita rakyat
3. Masalah atau peristiwa yang terjadi di sekitar
4. Pengamatan atau kunjungan terhadap objek tertentu yang menarik di sekitar
5. Wawancara sederhana
6. Percakapan
7. Gagasan utama suatu teks atau wacana
8. Puisi anak
9. Karangan berdasarkan pengalaman
10. Surat undangan
11. Dialog sederhana
12. Menaggapi cerita
13. Unsur-unsur cerita
14. Persoalan aktual
15. Drama pendek anak
16. Membaca, memindai berbagai teks
17. Cerita anak
18. Pokok-pokok isi buku bacaan atau teks
19. Laporan pengamatan atau kunjungan
20. Puisi bebas

f. Kelas 6

1. Pokok-pokok suatu teks atau bacaan
2. Cerita anak
3. Unsur-unsur dalam cerita
4. Intonasi atau pesan dari berbagai media
5. Kritik
6. Laporan hasil pengamatan atau kunjungan
7. Kolom atau rubrik majalah anak atau surat kabar
8. Formulir
9. Ringkasan teks atau wacana
10. Percakapan
11. Parafrase puisi
12. Berita
13. Drama pendek
14. Pidato
15. Sinopsis
16. Resensi buku
17. Puisi karya sendiri
18. Makna tersirat suatu teks
19. Unsur-unsur drama
20. Pidato
21. Jenis-jenis surat

Jumat, 01 April 2011

Sebel sama Jerawat

|0 comments
Jadi gak karuan deh rasanya nek lagi jerawatan. Jadi beban pikiran, risih juga rasanya. Rasanya ada yang aneh. Awalnya ingin menghilangkan noda bekas jerawat dengan lotion jerawat, kok malah jadi lebih parah. Aaaaaaaaaaaaaaaaaah sebel...sebel...sebel...selangit....

Bagi kamu-kamu yang lagi atau pernah merasakan ini, bisa dibagi tipsnya dengan cara perawatan yang tepat. Karena jangan asal lho bagi kamu-kamu yang sok setres dengan masalah ini. Ternyata pengobatan yang mahal enggak selalu mendapatkan hasil yang kita inginkan lho. Dan bagi kamu yang belum, lebih untuk selektif lagi.

Mikirin satu jerawat rasanya gak ada habisnya. Apalagi jika belum benar-benar enyah dari pandangan mata. Belum lagi jika tamu bulanan datang, dan orang-orang sekitar yang bilang ini itu, makin tambah setres saja.

Masalah ini teramat penting bagi cewe. Jerawat memang nggak mungkin bisa dihilangkan dengan begitu saja. Perlu kesabaran, dan tunggu saja waktunya. Seperti menunggu proses cara pengobatan alami yang sesungguhnya itu lebih baik dan murni.

Recent Posts

Text