Rabu, 25 Mei 2011

Perkataan Baik > Sedekah

|0 comments
Pelajaran hari ini disela-sela mengerjakan tugas kuliah ada suatu kalimat " Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima) ". Alloh Mahakaya dan Mahapenyantun.

Seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Alloh dan hari kemudian. Maka perumpamaan itu bagikan btu licin, yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan, dan Alloh tidaklah memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhoan Alloh dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Alloh melihat apa yang kamu perbuat.

Dan jika diantaramu menginginkan kebun kurma dan anggur yang dibawahnya mengalir sungai-sungai , dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang ia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikian Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.

Alloh menyuruh umatnya untuk menafkahkan hartanya ( di jalan Alloh) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang telah Alloh keluarkan dari bumi untukmu. Dan janganlah memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata atau tangan terhadapnya. Dan ketahualah Alloh Mahakaya lagi mahaterpuji.

Jika kamu takut miskin itu sesungguhnya keberhasilan syaitan menghasutmu. Syaitan menjanjikan (menakut-nakutimu) dengan kemiskinan dan menyuruhmu berbuat kejahatan (kikir) sedang Alloh menjanjikan untukmu ampunan dari pada-Nya dan karunia. Dan Alloh mahaluas (karunia-Nya) lagi mahamengetahui.

Alloh menganugerahkan al hikmah (kepahaman yang dalam tentanga Al Qur'an san As Sunnah) kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi Al Hikmah itu , ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Alloh).

Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan maka sesungguhnya Alloh mengetahuinya. Orang-orang yang berbuat zalim tidak ada seorang penolong pun baginya.

Selasa, 24 Mei 2011

Tunggu Aku dengan Senyum itu

|0 comments
Masih sama dengan hari yang baru saja aku lewati, hari ini adalah hari selasa. Satu hari setelah seseorang menganggap hari yang membosankan dan penuh dengan aktivitas kerja. Satu hari yang sebagian besar orang beranggapan sebagai hari yang paling membutuhkan kerja ekstra. Tentunya masih memiliki keterkaitan makna jika ditambahkan dengan satu hari yang sebagian besar orang mengalami kepenatan yang mampu memeras keringat hingga mempu menghabiskan air dalam gelas sampai pada titik darah penghabisan.

Anggapan sebagian orang itu ternyata memberi arti tersendiri dalam kamus hidupku. Aku merasa bahagia, senang, penuh tawa, ceria, dan sebagian kosakata kata lain yang memiliki arti sejenis itu pun boleh saja ditambahkan. Mengikuti upacara bendera, ikut bernyanyi lagu kebangsaan, mengheningkan cipta, beberapa lagu nasional melihat dan mengikuti dengan langsung ketika sang gagah merah-putih itu dikibarkan. Ada rasa tersendiri sama seperti masa aku melewainya dulu dengan penuh hikmat. Seketika aku merinding mendengarnya. Berjejeran disamping guru-guru itu membuaku merasa nyaman. Ada gambaran sosok bunda disampingku. Sekilas saja. Aku melamun, lalu kembali mendengarkan amanat pembina upacara kepada anak didiknya yang masih bersemangat meskipun cuaca cerah dan mulai panas.

Menunggu jam pelajaran ketiga aku mempersiapkan media pembelajaran mungkin saja ada yang terlupakan. Sesampainya istirahat aku mencoba menengok keluar ruangan dari basecamp kecilku ini. Tiga anak datang menghampiriku, menjabat tanganku, dan menempelkannya di pipinya. Satu anak datang lagi, dua anak datang, satu anak datang, dan entah berapa lagi yang datang aku tak sempat menghitungnya dalam hati. Memperlakukanku dengan cara yang sama. Menjabat tanganku, menempelkannya di pipiku, menanyakan namaku, menanyakan akan mengajar di kelas mana, mata pelajaran apa kemudian melahirkan ekspresi yang bermacam-macam. Teriakan “Hore”, “Asyik”, “Beneran enggak bu? “namanya siapa sih bu?“ “yah kapan masuk ke kelasku bu?”. Aku mulai kesulitan menjawab dengan runtut.

Setibanya di ruangan itu aku sudah disambut bagai ratu. Mereka mengajakku masuk dengan ramah. Ibu guru sebagai wali kelas hanya tersenyum melihat kejadian ini. Ah alangkah lucunya anak-anak ini. Ketika pelajaran aku buka dengan aperepsi yang pernah dijumpai oleh anak-anak, ternyata ada beberapa siswa laki-laki yang mulai menerka arah mata pelajaran yang akan aku ajarkan. Pendidikan Kewarganegaraan. Ternyata pelajaran itu membuat mereka malas dan sudah bosan, kata beberapa siswa laki-laki itu. Aku mendengarnya kemudian aku menawarkannya untuk bermain.

Teriakan mereka semangat tiada hentinya. Aku terkagum sejenak melihat senyuman-senyuman mungil itu. Ternyata mereka akan lebih bersemangat ketika pembelajaran tidak kaku dan melibatkannya untuk aktif bergerak. Bergerak secara fisik, melibatkan otak dengan segala pengetahuan dan pemahamannya, melibatkan emosional dengan keberanian baik untuk maju ke depan kelas atau pun dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa dengan permainan aturan yang melibatkan emosinya dengan baik dan teratur. Semua soal mampu ditemukan dan dijabannya oleh siswa itu sendiri dengan guided discovery. Tercermin pula dengan kemampuannya mengerjakan soal evaluasi dengan batas waktu yang telah aku tentukan sebanyak sepuluh menit. Ternyata mengejutkan sekali, mereka mampu menyelesaikan separuh waktu yang telah ditentukan.

Hari yang menyenangkan dan penuh keceriaan. Meski sedang tidak terlalu sehat pengaruh perubahan cuaca yang mempu membuat suaraku hilang, tapi keceriaan mereka dalam belajar melukiskan kebahagiaanku juga. Sampai jam pelajaran selesai mereka masih sempat menemaniku di ruang perpustakaan itu. Sambil bermain alat peraga IPA, sambil bercerita juga. Menungguiku sampai pulang sambil berkata tentang harapannya “besok kesini lagi ya bu” dengan penjelasan yang tidak mengecewakan, “ibu pasti datang lagi di hari sabtu, dan akan lama lagi mulai bulan juli” sebagai tambahan jawaban kekecewaan dengan pertanyaan susulan dari jawaban awal.

Meski hari ini harus kuliah dengan rutinitas yang ada dan tugas yang menupuk dan membosankan aku masih tetap ingin tersenyum seperti senyum mungil anak-anakku. Seperti harapnya dan menjadi harapanku untuk selalu berpikir positif tentang segal hal. Seperti semangat anak-anakku ketika bermain dan penuh kebersamaan. Seperti ucapan semangatnya ketika aku mulai runtuh. Hingga sampai saat ini aku mampu bersyukur dan tersenyum. Berterima kasih untuk semua orang yang mengisi kehidupanku dengan cerah dan ramah. Berterima kasih kepada sang fajar yang menghangatkan, kepada siang yang menyinari, kepada malam melindungi. Karena hanya kepada-Mu lah aku berharap dan memohon perlindungan dan pertolongan yang tak mampu untuk aku tanggalkan. Semoga kita terjaga dari tidur dari detik ini hingga waktu pagi membangunkan, sebelum sang fajar datang.

Minggu, 22 Mei 2011

Akhirnya Aku Harus Pergi Juga

|0 comments
Pagi ini sejuk sekali. Tak seperti biasanya aku yang kedinginan beselimut kabut kini tak lagi aku rasakan. Tak jemu-jemunya aku bercerita tentang rumah, tanah kelahiran yang selalu kukangeni, dan kereta yang menyimpan banyak misteri.

Aku meninggalkan pohon akasia didekat pagar taman rumah yang sangat sederhana itu. Terlihat seperti pohon cemara yang menjulang tinggi ke atas di suatu pegunungan bersalju pada malam hari. Tanaman kerdil itu selalu membuatku tentram dan damai. Bau wangi parfum dan ajakan lembutnya untuk menemaninya memasak di dapur selalu membuatku nyaman dan gembira. Ini suatu permaian yang mengasyikkan. Bercengkrama dan menasehati di rumah mungil dengan sambal terasi, lalaban daun singkong, dan pete yang rasanya asyik sekali. Berebut dengan adekku yang semangat dengan menu istimewa itu.

Pagi ini akhirnya aku harus pergi juga. Semoga senantiasa dimudahkan jalanku dan jalanmu cinta. Yang tidak pernah terkalahkan apa pun juga. Tetesan doa disetiap baitku, dariku untukmu, darimu untukku, dari cintaNYA kepada setiap nafas-doa.

Recent Posts

Text