Rabu, 24 Oktober 2012

Kurang Dari Tiga (Mungkin)

|0 comments
Semua orang pasti tahu
Semua orang pasti punya
Semua orang pasti merasakan
Semua orang pasti bermimpi
Semua orang pasti tergila-gila
Terkecuali aku. .

Tidak semua orang takut
Tidak semua orang tertutup
Tidak semua orang marah
Tidak semua orang dendam
Tidak semua orang menyerah
Itulah aku. .

Aku, memilihmu, nanti
Di waktu yang tepat
Aku, mengenalmu, sekarang
Biarkan kau hanya terjaga untukku
Aku memikirkanmu, lama
Biarkan lalu berlalu oleh waktu
Aku mencintaimu, kelak
Memimpikanmu setiap waktu

Semua orang pasti tahu
Semua orang pasti punya
Semua orang pasti merasakan
Semua orang pasti bermimpi
Semua orang pasti tergila-gila
Terkecuali dia. .

Tidak semua orang takut
Tidak semua orang tertutup
Tidak semua orang marah
Tidak semua orang dendam
Tidak semua orang menyerah
Itulah dia. .

Dia, memilihku, nanti
Di waktu yang tepat
Dia, mengenalku, lebih
Biarkan dia terjaga hanya untukku
Dia memikirkanku, gezzz aku tak tahu
Biarkan aku mengganti hari-hari yang tak kutahu
Aku menyayangimu. bersabarlah


Jumat, 19 Oktober 2012

Secarik Kertas

|0 comments
Percakapan kecil di ruang kelas
Berseru, terdengar semarak tak ingin tertindas
Hasil belajar, terlihat tak usah menjadi kandas
Perjuangan, sebab ini tentang secarik kertas

Suasana hatinya terhentak
Mengantuk, ada sedikit pasrah
Hapus, jawabanku kurang tepat
Jawab, ingatanku tak begitu baik

Detik berjalan. .
Oh, ini masih tentang secarik kertas
Kubaca, kuhapus, lalu kujawab lagi
Braggg, satu temanku berhasil keluar
Satu demi satu 'selamat tinggal'

Kamis, 18 Oktober 2012

Tertahan di sini

|0 comments
Lama tak menarikan jari-jari di atas keybord. Kalau biasanya bisa menari setiap hari, kali ini hanya menari seminggu sekali, itu juga kalau ada panggilan. Dulu, menari karena sepi dan penat, padahal kali ini suasana lebih sepi dibandingkan dengan harus menjalani hari di bulan-bulan yang tak menentu.

Rasanya baru kemarin mengisi formulir masuk Perguruan Tinggi. Berdebar, andai-andai dan janji serapah jika menjadi mahasiswa baru akan direncanakan, belum aku ucapkan. Ternyata sudah cukup lama meninggalkan masa-masa itu. Ada kerinduan yang tak sempat aku tunjukkan ketika berada di sana. Aku lalai karena terlalu berharap untuk menjadi harapan yang dinantikan orang-orang yang berarti dalam hidupku.

Aku menolehkan pandangan tak begitu lama. Memberinya senyum, kita telah berjuang bersama. Dalam masa-masa berat, aku merasakan kau hadir dalam imajinasiku. Seperti ada sebuah harapan yang lebih baik dari hari di saat itu. Semangatku yang terkuras, energiku yang tak tersimpan lagi, kau menghujaniku senyuman.

Percakapan kita berlanjut. Senyumanku menjadi mekar. Begitu ringan rasanya. Motivasi yang belum kujemput itu seperti menghampiriku. Meskipun hanya itu, bagi anak-anak, ini adalah sesuatu yang sangat mengesankan.

Sampai disini aku bertahan. Tak dapat melihat terlalu banyak, tanggung jawab yang kukira itu mudah, keadaannya jauh sangat berbeda dengan apa yang aku pelajari disana. Beginikah sulitnya mendidik anak? kapan mereka mau belajar? di masa kecilku, keadaan ini jauh sangat berbeda.

Punggungku berat sekali. Kapan kau pulang meringankan beban pundakku? suasana kali ini sungguh-sungguh tak seramai setengah hari yang lalu. Memutari hamparan tanah lapang yang luas di sore hari atau teriakan keras di pantai. Bermain butiran pasir emas dari sisa-sisa matahari senja. Terlalu singkat untuk dilewatkan. Banyak cerita lebih dari sekedar itu.

Kumpulan cerita tak selalu terkesan meninggalkan kesedihan. Kenangan yang mengesankan harusnya akan tetap berkesan dan memberikan senyuman di setiap akhir cerita. Beban tak selalu berat untuk diangkat. Bahkan karena satu kepolosannya, seolah kau bersamaku menjinjingnnya bersama.

Jumat, 05 Oktober 2012

Jika Aku Tidak Bisa

|0 comments
Malam itu mataku sedikit terpecah
Suaranya hening bak tetesan air yang hampir bahis
Gulungan selimut pun terdiam dalam lelah
Tiga jam lalu senja baru saja singgah
Mengerukan otakku dan membuatnya sesak nafas
Kukira hanya sekedar persinggahan tak terarah
Sapaanya manis

Senyum entah datangnya dari mana
Seribu satu menjadi pertanyaan
Malam yang jauh di sana
Kapan kau akan bermekaran?
Seperti ini , teringatlah untukku saja


Rabu, 03 Oktober 2012

Untuk Perempuan Terindah

|0 comments
Keberadaan manusia dalam berbagai teori memang selalu menjadi peran yang sempurna. Dalam perannya, manusia pun selalu memberikan kesan yang lebih. Nilai positif adalah idealnya mengapa manusia selalu lebih mulia dan sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Proses bagaimana manusia tercipta hingga akhir hayatnya sebenarnya mampu menjadi cerminan bagi perjalanan manusia lain pada periode-periode selanjutnya. Mereka yang selalu tumbuh, berkembang, beradaptasi, langkahnya selalu sama, tidak ada bedanya. Setelah melewati proses dan perjalan yang panjang mereka hancur, mati, dan tak berwujud. Terlihat terlalu singkat.

Terlahir sebagai manusia terkadang antara senang dan menyesal. Disaat kegembiraan datang, menjadi senang sejadi-jadinya. Di kala masalah datang secara bergiliran, seketika itu mengeluh mengapa Tuhan menciptakanku menjadi sosok manusia. Mengapa tidak menjadi lebah atau kupu-kupu yang indah saja?, yang nantinya hanya berterbangan di langit-langit bumi. Tidak terbanyangkan bentuk tempatnya seperti apa. Menyerahlah!!

Rembulan yang terang cahayanya, malam-malam yang dingin udaranya. Sepinya meresahkan perempuan-perempuan remaja. Entah karena apa, sungguh tidak bisa ditebak. Keinginannya menjadi lebah yang manis atau untuk sekedar menjadi kupu-kupu yang indah saat matahari tak begitu tampak. Kala itu, aku menyebutnya si daun talas. Seorang perempuan yang hampir matang, kukenal dekat sifat dan kepribadiannya. Di waktu yang sama, aku menyebutnya si rumput liar. Seorang perempuan remaja yang terlihat matang, kukenal dekat sifat dan kepribadiannya pula.

"Aku ingin menjadi bulan", kata si daun talas di malam-malam panjang yang telah terlewatan. Kulihat matanya sembab, tapi tak kulihat tetasan air keluar dari matanya. "Aku hanya rumput liat, dan akan menjadi rumput liar", kata si rumput liar dengan tegas. Rumput liar yang tangguh. Mengejar mimpi untuk sebuah impian yang indah. Memasang kuat-kuat tekad dari hati, berusaha selaras dan seimbang dengan alam dan lingkungan. Segera bangkit meskipun berkali-kali terinjak oleh orang. Berusaha tegap meski angin kencang membuatnya gontai. Manis sekali si rumput liar.

Sakit-sakitan, termenung, dan murung si daun talas. Baginya cobaan adalah masalah dan mimpi adalah tujuan hidupnya. Ketika terinjak maka akan membuatnya merasa sakit. Semakin sakit ketika ribuan kaki menginjaknya berkai-kali. Baginya pula, angin yang berhembus kencang akan sangat menusuk tulang-tulangnya. Semakin lama akan mengering, keropos dan hancur. Tekad usahanya juga telah dikerahkan. Doanya yang khusuk sungguh melebihi tekad bulat seorang sufi. Usahanya begitu keras, tapi siapa yang akan tahu satu menit telah menantinya di depan. Semua penuh dengan misteri.

Sebagai manusia, terlahir di dunia adalah anugerah. Kelahiran seorang banyi adalah anugerah bagi Ibunya. Ayahnya pun melengkapi kebahagian di sekitarnya. Banyi-banyi itu adalah tanggung jawab orang tuanya. Orang tua adalah tanggung jawab Ayah-Ibu mereka di atasnya, dan seterusnya. Tanggung jawab manusia atas manusia. Kemuadian tanggung jawab manusia akan dirinyaa terhadap sang pencipta. Dan saat itulah keyakinan hadir dalam kehidupan manusia dan menjadi hak asasi bagi masing-masing mereka. Manusia silahkan memilih dan memilahnya. Bukan sesuatu itu baik karena tradisi. Bukan pula karena sesuatu itu menjadi lebih baik karena kita bisa mengikuti tradisi. Bukan karena kita menjadi istimewa karena lebih dari yang lain. Bukan karena sendiri yang selalu identik dengan kesedihan. Melainkan karena kita punya pribadi dan harga diri yang lebih dari segalanya.



Recent Posts

Text