Sabtu, 03 Oktober 2015

Someday

|0 comments

Sesuatu hal yang membuat kita semakin dekat dengan Allah adalah rasa takut tentang datangnya kematian. Rasa takut mati dengan bekal yang kita tidak pernah tahu seberapa banyak atau sedikit yang kelak menolong kita di akhirat kelak. Terlalu berat untuk bercerita bahkan mendengar tentang kematian. Rasa takut yang memuncak tapi terkadang kita masih menghindar dan belum juga mengumpulkan bekal. Ya Allah, ya Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang Tunjukkanlah kami semua di jalan yang lurus, jalan yang selalu mendapatkan ridho-Mu. Ya Allah yang Maha Pengampun, ampunilah segala kesalahan yang kami perbuat, kemuadian setalah ini jadikanlah kami orang-oang yang selalu mendapatkan hidayah-Mu agar kehidupan kami yang sementara ini benar-benar kami manfaatkan sebik-baiknya. Jadikanlah kami orang-orang yang beruntung. Terimalah semua amal perbuatan kami, orang tua kami, guru-guru kami, dan pemimpin-pemimpin kami serta semua umat muslim di seluruh jagad raya ini ya Allah, sesungguhnya kami benar-benar takut akan datangnya hari itu. Hari dimana manuasia seperti anai-anai yang bertebaran {Q.S Al Qaari'ah:4}. Kabulkanlah doa kami ya Allah. Amin ya Robbal 'Alamin...


Minggu, 06 September 2015

"Jakarta, Mari Bersamaku Menulis Cerita yang Indah dan Menyenangkan"

|0 comments
 

Bahagiaku bertambah dimulai sejak dua bulan yang lalu. Setelah menikah semuanya terasa lebih indah. Walaupun pernikahan ini masih berumur jagung, tiada hentinya rasa syukur terucap dalam hati. Subahanallah, tenyata hidup ini begitu banyak sekali nikmat. Allah menciptakan makhluknya untuk hidup berpasang-pasangan. Ternyata kalimat ini baru saja terasa. Rasanya bagaikan memeluk dunia beserta perhiasaannya yang hadir dari segala jenis perhiasan terindah yang ada di dunia.

Mendampingi suami adalah kewajiban seorang istri. Dimanapun suami berada sebaiknya istri mendampimginya. Selama bisa diusakan untuk bersama-sama maka usahakan untuk besama. Karena  itulah tujuan menikah. Menikah utuk hidup bersama. Sampai suatu ketika perasaanku mulai berat untuk meninggalkan Ibu. Seseorang yang selalu kuusahakan untuk tidak menangis dan tidak kesepian dengan kepergianku. Beberapa teman diusia yang sama ternyata Ibu mereka pun menagis ketika mengantarkan seorang anak perempuannya mendampingi suaminya. Beberapa teman dengan tempat kerja yang jauh pun demikian. Mereka setiap hari berangkat kerja dari pagi hingga malam dan kembali ke rumah untuk bersama dengan suaminya.

Menikah adalah memulai hidup yang sebenarnya. Banyak orang mengatakan demikian. Mereka bilang setelah menikah kita akan menjalankan kehidupan yang sebenar-benarnya. Memenuhi kebutuhan hidup sendiri, menginginkan sesuatu juga diusahakan sendiri, bahkan ingin jajan pun diusahakan sendiri heheh. Setelah menikah segera aku menyusul suami untuk tinggal di Jakarta. Dengan rasa senang dan haru, Bapak mengantarkanku ke stasiun diiringi doa Ibu dan pelukan hangat serta usapan tanganku kepada saudara laki-laki yang memberiku semangat.

Selama kurang lebih empat tahun belajar hidup mandiri di Yogyakarta, saat itu aku pun berpikir bahwa keputusan kita untuk bisa tinggal bersama akan menjadi cerita perjalan kami dan kelak saat  rintangan hadir disela-sela kebahagiaan ini pasti bisa dipecahkan dan terselesaikan dengan baik. Meninggalkan kampung halaman memang bukan hal yang baru. Sebelum sampai pada saat ini, perasaan seperti ini aku kira tidak menjadi masalah. Ternyata rasa haru meningglkan rumah, teman, murid sekolah, rekan guru dan kegiatan mengajar di rumah itu rasanya lebih mengharukan dibandingkan dengan waktu dulu selama pergi menuntut ilmu di kota pendidikan itu. Ditambah lagi meninggalkan orang tua dengan umurku yang tidak belia lagi. Ingin menangis tapi satu hal yang ingin kutunjukkan adalah menjadi dewasa. Pilihanku mudah-mudahkan menjadi yang terbaik. Jakarta bukan tempat hijrah yang terlampu jauh. Masih bisa ditempuh dalam satu hari pikirku sampai saat ini. 

Dengan Bismillah dan segala penghormatanku kepada suami serta tanpa mengurangi rasa hormat dan cintaku kepada orangtuaku, aku memberanikan diri melangkahkan kakiku berjalan menuju kota metropolitan yang konon begitu kejamnya.

Menjalani hari demi hari dengan hiruk pikuknya kota Jakata adalah sesuatu yang tidak mudah. Rasa rinduku dengan kampung halaman yang ramah tamah, halaman rumah yang hijau,  udara yang segar dan matahari yang membelai dengan hangat serta tertawa bercengkerama dengan saudara di rumah sambil melihat anak kecil bermain kejar-kejaran seolah hanya seperti mimpi. Aku merasa kalah hidup di kota kecil ini. Rasanya ingin kuucapkan sambil berjabat tangan serta memeluk sahabatku yang telah berani menginjakkan kaki di negeri orang sana. Dia adalah sahabat terhebat dan aku bukanlah apa-apa yang masih mengeluh tinggal di negeri sendiri

Dengan cuaca dan keadaan yang panas dan tidak bersahabat aku mencoba bertahan disini. Satu minggu tinggal disini badanku pun ikut saja tidak bersahabat. Badan panas dan keringat dingin menemani hari-hari. Batuk pilek, panas naik kemudian turun lagi. Berkali-kali, berhari-hari. Rasanya tidak tahan melihat suami merasa sedih. Obat dan vitamin sudah habis berkali-kali. Semangat dan kenyakinanku pun masih belum mampu mengalahkan cuaca ini. Cuaca panas yang sering membuatku sakit kepala saat ini semakin  menjadi-jadi, apalagi cuaca panas kota ini. Dasyatnya. Kota ini memang sejuta makna. Bersabarlah, sampai pada saatnya nanti akan kutaklukan Jakarta untukmu.

Jumat, 08 Mei 2015

Bahagiaku

|0 comments



Pastilah aku tidak pernah menyangka. Seseorang yang sekian lama aku pertanyakan telah hadir dihadapanku dengan jelas. Aku tidak mencari kesempurnaan, melainkan karena kehadirannya itu hidupku terasa sempurna. Menikah adalah ukiran sejarah hidup manusia yang selalu punya alur cerita, berbeda satu dengan lainnya. Menanjak sedemikian rupa dan hanya kita yang mampu merasakannya. Melerai dari segala perkara perbedaan, menjadikan satu dalam cinta. Aku sungguh berterima kasih kepadamu ya Rabb, kau telah memeluk mimpiku ini dengan indah. Telah menghadirkan kami dalam cinta. 

Ya Rabb, Engkaulah alasan semua kehidupan ini. Engkaulah penjelas atas kehidupan ini. Perasaan ini datang dari-Mu. Semua perasaan ini juga akan kembali kepada-Mu. Kami hanya menerima titipan, dan semua ini sungguh karena-Mu. Aku menyayangi dan mencintainya karena-Mu. Lindungilah kami dalam suka maupun duka. Jadikanlah kami orang-orang yang selalu dalam lidungan-Mu. Jadikanlah kami orang yang pandai  bersyukur. Mudahkanlah kami menuju jalan yang Engkau ridhoi. Terima kasih pertemuan ajaib ini ya Rabb. Terima kasih mamas Unggul Arif Satriyatno untuk kejutan bahagia ini. Semoga bisa selalu bersama-sama seperti apa yang Bapak dan Ibu pesankan. Amin ya robbal 'alamin.

Selasa, 14 April 2015

Teguhkan Pendirian, Tetaplah Berusaha

|0 comments
Ada alasan mengapa setiap tetesan air diciptakan. Setiap tetes demi tetes yang mengalir. Tetes demi tetes yang bergerak seirama mengiringi detak jantungku. Waktu yang berdetak kini semakin tak terhitung lagi. Kala kelahiran saat perjumpaanku dengan bumi untuk pertama kali, kini sudah tidak asing lagi. Semua isinya sudah ku kenal dengan baik. Perhiasan yang menampakkan diri di depan mataku juga terlihat sama. Mereka semua sudah ku kenal dengan baik. Ketika aku percaya, ternyata aku bukanlah apa-apa. Masih banyak yang tak ku kenal dan aku sadar karena keterbatasannku mengenal dunia tidaklah lebih banyak dengan mereka yang sudah tahu segalanya. Maka belajarlah memilih susuatu yang baik setelah kau mengenalnya.

Impian dan mimpi. Semua akan lain ketika kita mengenal seseorang dari sekian banyak orang penghuni bumi. Masing-masing punya impian dan upaya yang berbeda untuk meraihnya. Semua orang punya cara untuk menggapainya. Semua orang punya usaha untuk mendudukinya. Tetapi satu hal yang menjadi pelajaran adalah semua orang mempunyai rezeki dan takdirnya masing-masing, ketika kita telah berusaha dan mencari cara untuk meraihnya. 

Setiap orang mempunya jejak sejarah. Masing-masing mempunyai ukiran sejarahnya sendiri. Maka bersemangatlah. If "Plan A" didn't work. The alphabet has 25 more latters. Stay Cool!!!

Rabu, 28 Januari 2015

Anak Sehat-Menuju Indonesia Sehat

|0 comments
Tupperware

Botol bekas pergi ke tong sampah saja!!

Awalnya karena risih dan akhirnya kasihan juga kalau dibiarkan. Mereka adalah anak-anak titipan bangsa yang pastinya mempunya hak untuk hidup sehat. Namanya juga masih anak-anak, pastinya mereka belum tahu banyak seperti kita. Mereka juga tidak tahu kan mana botol tempat air minum dan mana botol air minum yang baik? 

Setelah bertanya jawab dengan anak-anak dan melihat latar belakang mereka, sebagian memang sudah menggunkan botol minum yang baik dan aman bagi kesehatan. Akan tetapi sebagian besar masih menggunakan botol minum bekas yang seharusnya tidak digunkan lagi secara berulang-ulang. Penggunaan botol minum bekas yang berulang-ulang ini sebenarnya sangat berbahaya untuk kesehatan. Akhirnya, anak-anak mulai hari itu tahu akibat buruknya. Dengan uang saku mereka sehari yang berkisar Rp 2000-Rp 3000 , akhirnya kelas kita sepakat untuk menabung sehari seribu rupiah. Anak-anak semangat sekali..sampai akhirnya dalam waktu 2,5 bulan semua dana bisa terkumpul. Memang terlalu lama kalau sehari seribu rupiah selesai dalam waktu 2,5 bulan. Tapi tidak apa, anak yang uangnya terkumpul bisa berlatih sabar menunggu teman yang belum terkumpul. Sampai akhirnya hari ini, mereka senang sekali berangkat sekolah dengan botol baru hehe...

1.  

Minggu, 25 Januari 2015

Mewarnai dan Mencontoh Gambar Pesawat Terbang

|0 comments



































Kamis, 22 Januari 2015

Imunisasi

|0 comments





Selasa, 06 Januari 2015

Selamat Tinggal Kurtilas

|0 comments
Mulai hari ini, Cilacap sudah tidak memakai Kurikulum 2013 lagi lho...
Tambah semangat nih, Ibu Gurunya...
Semangat!!!

Dadaaaaah..Kurtilas....

Jangan Coba-coba (lagi) yaaa...



Recent Posts

Text