Jumat, 19 November 2010

4 Pelajaran, 2 Cinta, 1 Tujuan


Hari ini sungguh indah. Seperti lebah hinggap di kuncup-kuncup bunga yang bermekaran pada pukul sembilan. Seperti kupu-kupu yang lepas dari penjara kepompong menari-nari diatas awan hijau dengan beralas bunga-bunga mekar yang cerah dan wangi.


Perjalanan yang tak panjang sudah biasa aku tempuh. Mengendarai jejeran gerbong-gerbong dalam waktu singkat tiga jam berlalu. Ada pelajaran di sana yang membuatku tersenyum tapi lama untuk merenung.


Pelajaran 1
Aku mendapati sobekan kertas dengan tanda coretan bulpoin standar AE 7000 yang dijual di toko-toko seharga 1000 rupiah dengan harga mahal. 26000 aku dapatkan harganya dengan protes. "hanya melaksanakan tugas !" (katanya dengan tergesa-gesa, jutek tapi sok imut). "ah aku tetap saja sabar" (ucapku dalam hati). Merasa aneh saja melihat tingkahnya yang terlihat gemrungsung. Membuatku lemas, tapi aku terima saja. Meski banyak orang kaget dengan harga tiket jurusan Kroya - Yogyakarta itu mereka pasrah mungkin karena baru kali pertama mereka naik kereta. Tak mereka kira mungkin bagi mereka itu biasa. Padahal mereka tidak tahu dengan harga itu dulu aku mampu bolak-balik arah tujuan itu selama 3-5 kali. Lima kali pun itu, juga jika aku sedang hoki hehe. .
Kadang malah sampe tak mengeluarkan receh sedikit pun.. Hahaha. . (senangnya). Ada saja cobaan, tapi tetap semoga Tuhan selalu dimudahkan. Amin

Pelajaran 2
Ikhlas memang mampu membuat kita ringan. Ketika aku mulai percaya dan yakin bahwa selama ini aku salah dan aku putuskan untuk menjadi warga negara yang baik. Semoga niatanku akan selalu terlaksana. Cobaan yang berat dengan harga yang tak sebanding dengan fasilitas yang tidak masalah mahasiswa yang dengan terpaksa kehabisan uang tapi tetap mampu pulang dengan selamat ke kampung halamannya untuk mengambil jatah bulanan. Mungkin dengan cinta ibu dan ayah akan tetapku menjadi senang.

Pelajaran 3
Teruntuk aku yang datang hari ini dengan pemberitahuan mendadak untuk kuliah esok hari. Bagiku jelas saja ini tidak masalah. Masalahnya hanya saja dua hari yang lalu aku baru saja mengunjungi rumah kedua-ku ini. Kos-kos - an ini terasa aneh saja ketika lebaran haji menyuruh ayahku untuk meghubungiku dan menyuruhku untuk pulang ke rumah dulu. Lagi-lagi daging. Mungkin hanya ingin berkumpul saja. Daging, makanan yang tidak setiap hari aku makan mengingatkannya tentang anak perempuannya untuk menikmatinya bersama-sama. Bunda mengajarkanku untuk selalu berbagi. Seprti masa-masa dulu, kebiasaan itu tak pernah berubah. Seperti ekstrakulikuler pramuka mereka kakak kelas mengajarkan tentang jiwa korsa, jiwa untuk bisa merasakan apa yang dirasakan oleh salah satu dari anggota atau teman kita.

Pelajaran 4
Aku memang harus bersabar. Belum sampai aku di stasiun terakhir yang aku tuju berita duka sampai di telingaku. Salah satu anggota keluarga teman ko-ku telah pulang kembali di sisi-Nya. Kedekatan yang telah tejalain lama dua tahun aku bersamanya. Sifat baik-buruk, suka-duka hidup sebagai anak perantau. Aku hadir untuknya. Keputusannku bulat. Berjalan dari stasiun menuju rumah kontrakan dengan nafas berat ditambah tas punggungku. Aku dan teman-teman lain segera datang. Menempuhnya dengan kendaraan bermotor dengan waktu 45 menit. Nikmat sekali rasanya. Dia salah satu orang terkasih berduka kehilangan orang yang dia sayangi. Segala yang bernyawa pasti akan mati. Segala ciptaan-Nya pasti akan kembali kepada-Nya.

0 comments:

Posting Komentar

Recent Posts

Text