Sabtu, 06 November 2010

Identifikasi Murid Cerdas dan Berbakat

Identifikasi anak cerdas dan berbakat pada dasarnya dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu pada usia 1-2 tahun. Pada masa ini keunggulan dan kelemahan intelektual anak akan tampak dengan mudah bila anak diberi rangsangan dengan tepat. Hasilnyapun memiliki fungsi ganda, yaitu untuk mengetahui kemungkinan adanya perkembangan intelektual yang cepat dan tidak terbatas pada bidang-bidang bakat yang khas, serta untuk mengetahui kemungkinan adanya kecacatan pada anak.


Pada usia 2-6 tahun identifikasi anak cerdas dan berbakat dilakukan lebih rinci beserta nuansa yang lebih kaya. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mengajak anak bermain pada bidang yang disenanginya. Keberbakatan anak akan tampak pada kemampuan menyelesaikan tugas-tugas dan berbagai persoalan tanpa mengalami kesulitan yang berarti.


Identifikasi anak berbakat tidak berhenti pada usia 6 tahun, namun terus berlanjut sampai ke perguruan tinggi.


Ada dua pendekatan untuk mengidentifikasi murid cerdas dan berbakat :

1. Tahap Penjaringan

Tahap penjaringan murid cerdas dan berbakat di sekolah dapat dilakukan dengan menganalisa data prestasi belajar, usia kronologis, nominasi oleh teman sekelas, orang tua dan guru.

Digunakan prestasi belajar dengan dasar pemikiran bahwa sekalipun yang memiliki keunggulan prestasi belajar tidak konklusif memiliki kecerdasan dan keberbakatan, namun mereka diasumsikan termasuk anak berbakat dan cerdas jika memiliki prestasi yang diatas rata-rata.

Digunakan acuan usia kronologis dengan asumsi bahwa murid cerdas dan berbakat memiliki usia lebih muda namun mampu bersaing dan memiliki usia mental yang lebih tinggi dibanding dengan teman-teman yang memiliki usia lebih tua.

Dengan nominasi oleh orang tua, guru, dan teman sekelas karena model ini dilakukan dengan asumsi bahwa orang-orang tedekat dengan anak berbakat dan cerdas, memiliki penilaian yang objektif dan intensif, hasil pengamatan yang relatif lama.


2. Tahap Seleksi

Tahap seleksi dilakukan terhadap siswa yang telah lolos tahap penjaringan. Tahap seleksi ini disaring dengan menggunakan Tes seperti Colour Progressive Matrice (CPM), Wechler Intelligence Scale for Children (WISC). Uraian berikut menyajikan contoh menjaring dan menyeleksi murid cerdas dan berbakat yang dilaksanakan pada SD di Bandung. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi murid dari berbagai SD yang diduga memiliki murid cerdas dan

berbakat dnegan mengacu kepada prestasi belajar, usia kronologis dan kelasnya. Kriteria yang digunakan untuk mendeteksi murid cerdas dan berbakat adalah murid memperoleh nilai rata-rata 8 atau lebih, berusia antara 8 sampai 11 tahun dan berada pada kelas 3,4, atau5 SD. Berdasarkan kriteria ini dilakukan observasi dan studi dokumentasi, dan akhirnya ditemukan 66 orang murid yang termasuk cerdas dan berbakat.

b. Dari sejumlah 66 murid, kemudian dilakukan penyaringan dengan menggunakan tes

Colour Progressive Matrices (CPM) untuk mengetahui kemampuan intelektualnya. Kriteria yang ditetapkan adalah murid yang diduga cerdas dan berbakat adalah murid yang menduduki persentil 95. Dengan asumsi bahwa mereka yang berada pada posisi tersebut diduga memiliki kecerdasan yang tinggi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil penyaringan dengan tes CPM diperoleh sejumlah 21 peserta didik yang diduga kuat termasuk murid cerdas dan berbakat.

c. Penyaringan dengan menetapkan 30℅ dari murid yang paling unggul dalam nilai hasil CPM yaitu sebanyak 8 murid.

d. Setelah ditemukan 8 murid yang diduga cerdas dan berbakat, langkah selanjutnya melakukan pemeriksaan psikologis terhadap kedelapan murid tersebut dengan menggunakan WISC untuk mengetahui IQ, sebagai dasar menentukan murid cerdas dan berbakat berdasar pada pendapat para ahli dan hasil penelitian Balitbang Dikbud dan Yayasan Pengembangan Kreativitas (1980) yang menyatakan bahwa anak berbakat intelektual mereka yang memiliki IQ 130 berdasar tes WISC adaptasi indonesia.

0 comments:

Posting Komentar

Recent Posts

Text