Aku dibuatnya bingung dengan perasaan ini. Sejenak aku memutuskan harus bergegas dan menemuinya. Alarm pun berdering satu jam sebelumnya yang harusnya membangunkanku. Tapi aku mampu mendahului alarmku dan memberikan kesempatan untuknya. Aku pikir mungkin dia benar-benar ingin sekali membangunku dengan suara indah musik yang aku suka.
Alarm itu masih saja terdiam. Padahal jelas-jelas mataku sudah melihatnya. Dia tak merasa, padahal aku mengejeknya. Tapi, aku biarkan saja dia berkata tepat waktu seperti yang aku minta.
Menunggu dan memikirkanmu. Tepatkah aku harus begini? (tanyaku dalam hati, tak bisa aku minta pendapat kepada siapa pun). Semakin bingung, ketika alarmku ternyata tepati permintaanku. Segera bergegas dan waktuku di ruang 3 x 5 meter si kuning tempatku bersembunyi saat aku menangis.
Saat ingin berangkat pun kakiku semakin berat. Seperti berada di tengah perempatan jalan dalam kondisi tersesat.
Niatanku menjadi lain. Mungkinkah hanya situasi yang tak memungkinkah? Atau kah perasaan yang semakin tak ingin melepasnya? .
Semoga suatu saat dia akan ikhlaskan aku dengan keadaan yang baik-baik saja. Tanpa beratkan aku dengan mana yang akan aku pilih. Amin. Dan . . . . Aku menyayangimu.
0 comments:
Posting Komentar